---
Seperti biasa nya, Nathan kembali kesekolah. Karena sudah ada Nenek dan kakek nya disana, untuk menjaga ibu nya. Walau ada rasa ragu dan cemas untuk meninggalkan Dewi, rasa cemas berkurang saat Nenek dan Kakek dari ibunya datang.
Nathan segera menajalankan motor nya dan pergi sekolah. Tidak memerlukan waktu lama Nathan sudah sampai diparkiran sekolah. Dia memarkirakan motor nya dengan rapi seperti motor orang-orang, saat Nathan berjalan jauh dari motor.
Tidak sengaja, matanya melihat seorang cewek yang akhir-akhir ini mampu membuat Nathan kembali menjadi Nathan yang dulu. Siapa jika bukan, Alana. Cewek itu sedang tertawa dengan kedua teman nya, tawa nya manis, Batin Nathan.
"Woy bro," seseorang merangkul Nathan, ternyata itu adalah Adit.
"Sendiri lo?"
"Nggak noh si Kenzo ama Iky lagi berdebat" Nathan melihat kebelakang, dia terkekeh saat melihat Kenzo dan Iky sahabat nya sedang beradu mulut.
"Gila, yaudah lah Nath. Kita duluan aja" ucap Adit lalu diangguki Nathan.
---
Ketika orang-orang tidak menyukai pelajaran Matematika, Alana menyukainya. Tidak mungkin juga Alana menyukai semua mata pelajaran disekolah ini, Penjaskes adalah salah satu mata pelajaran yang Alana tidak sukai. Kenapa? Ayolah Alana sangat pemalas jika disuruh olahraga. Untung jika hanya lari ini harus push up, sit up dan lain nya. Dan hari ini, ada praktek basket.
Siswa perempuan dan siswa laki-laki dibagi menjadi dua, mereka akan bertanding. Siswa perempuan akan dibagi lagi menjadi dua kelompok begitu juga dengan siswa laki-laki.
'Kenapa harus ada praktek basket sih?' batin nya dengan gusar.
"Ayo Al, kelapangan" ucap Kania sembari pemanasan lari kecil. Lalu dia melirik Adel yang tengah berdandan.
"Aelah, percuma del. Ntar dilapangan juga kena keringat,"
Adel memutar mata nya malas, "Yaudah siih. Yang penting gue cantik,"
Sedangkan Alana dia duduk memainkan hp nya dengan kaki ditaruh diatas meja, "Ni satu juga, kaya nggak ada semangat buat olahraga," ucap Kania kesal pada Alana, cewek itu melirik sebentar lalu kembali memainkan hp nya.
"Udah, ayo Kan!" ucap Adel sambil menaruh bedak didalam tas nya lalu berjalan kearah Kania yang sedang duduk diatas meja nya yang berseberangan dengan Alana.
"Alana ayo!" Adel berkacak pinggang.
"Males ah!"
"Ntar di alpa pak Didi mau?"
Alana berdiri, mendengus kesal. "Yaudah ayokk" Alana berjalan terdahulu dari kedua teman nya.
Ketika orang-orang berlarian kelapangan, Alana malah duduk dipinggir lapangan. Kenapa mood nya hari ini hancur, Padahal tidak ada sesuatu yang membuat nya kesal.
PRITT..PRITT..
"Ayo, semua nya berkumpul!" ucap Pak Didi. Semua nya menghampiri pak Didi dan berbaris rapi. Sedangkan Alana masih menatap mereka dengan tatapan malas.
"Ehh, Itu. Saha itu?" Pak Didi menyipitkan mata menatap yang sedang duduk dipinggiran lapangan basket.
"Kata nya udah lama jadi guru disini, masa Alana aja nggak tau" seru Bimo.
"Ohh si Alana.”
“ ALANAA, SINI NGGAK MAU IKUT BARIS KAMU?"
"BARIS DISINI AJA BOLEH NGGAK PAK?" teriak Alana.
"Kamu teh yang punya sekolaahan? Seenak nya, cepet baris" Alana berdiri dan berjalan kearah mereka semua yang tengah berbaris.
"Cepet, jalan kaya pengantin aja!" Alana berbaris didepan.
"Ok kalian sudah taukan hari ini mau apa?"
"Mau apa emang nya pak?" tanya Badran, membuat pak Didi geram Padahal kemarin sudah diberitahu.
"Selametan!"
"Wahh makan enak dong" jawab siswa yang lain.
"Ya praktek basket lah, gimana sih kalian ini? Oke bapak bakalan bagi kelompok cowok dulu baru cewek"
Pak Didi mulai membagi kelompok cowok, Alana yang sudah merasakan panas mulai mengibas-ngibaskan tangan nya kearah wajah.
"Oke bapak udah bagi tim cowok, nggak yang protes. Sekarang yang cewek."
"Aliya, Maimunah, Sarah, Angel, Mika, Adelia"
"Yah deh lo sama mereka" ucap Kania cemberut, Adel membuat wajah sedih dan merangkul Kania.
"Pak saya mau protes!"
"Protes apa?"
"Kok saya nggak sama Kania dan Alana?"
"Mereka cape kali ada kamu, brisik" Adel mencebik kesal.
"Tim kedua, Rasya, Chintya, Tia, Dena, Kania, Alana"
"Oke sekarang pemanasan dulu sebelum main," Pak Didi membimbing anak murid nya mengikuti gerakan yang dia tampilkan.
"Oke sekarang, tim cowok dulu baru cewek!"
"Perasaan, cowok terus yang diduluin pak?" kesal Dena.
"Iya nih bapak," tambah Rasya.
"Sudah diam, kalian duduk dulu disana." mereka berjalan kebelakang dan duduk di bawah naungan pohon besar.
PRITT...
"Ayo-Ayo!" suara sorakan para siswi kelas Alana untuk para kaum hawa yang sedang bermain.
"Ayo, Mo. Lo bisa, ntar kalo menang jan lupa traktir gue!" teriak Adel dengan tepukan.
"Lo kenapa, Al?"
"Hah--nggak tau nih, lagi bad mood!"
Kania menyerit, "Lah kenapa?"
Alana mengidikan bahu, "Nggak tau juga, tiba-tiba nggak mood. Padahal pas berangkat sekolah biasa aja, behh.. Apalagi denger olahraga, gue makin nggak mood!"
Kania hanya menggelengkan kepala, "Gimana urusan lo sama papa lo?"
"Udah tiga hari ini, gue nggak ada contac--an. Dia kek hilang ditelan bumi sama bini baru nya!"
Alana tertawa kecil, sembari menghela napas saat diujung tawa. "Terlalu banyak luka dikehidupan gue, kan. Semua nya disaat keluarga gue belum siap nerima luka itu."
Kania mulai merangkul Alana, "Apalagi saat denger papa--Ahh gue benci buat sebut dia sebagai bokap gue!"
"Huss. Lo nggak boleh ngomong gitu Al, gitu-gitu dia juga orang tua lo".
"Gini ya, kalo dia orang tua gue. Seharusnya dia sebagai seorang ayah bisa ngehargaiin perasaan keluarga nya, menikah dengan seorang pelacur"
"Apa dia masih pantas disebut papa? Bayangin, Kan. Umur gue udah 16 taun, hampir 17. Dan dia menikah saat gue masih dikandungan"
Lagi-lagi Alana menangis, matanya memerah. Tidak bisa dipungkiri, kemarahan nya pada ayah nya begitu besar.
"YEEEEE!"
Tim cowok yang dipimpin oleh Bimo menang dan tim Haikal kalah. Dan saat nya tim putri main.
"Ayo, Al" Kania menghapus air mata Alana, Alana tersenyum pada sahabat nya itu.
Hayo lohh kenapa lagi Alana?
Sedih ya jadi Alana!
Btw--mau nanya nih, Dewa kemana yah? Pas putus dari Alana kok menghilang? Ada yang tau nggak?...Jangan lupa vote dan coment ya guys...
*Akan direvisi jika sudah tamat*Jangan lupa baca 'Galen'
Bay..bayy...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Alana (SELESAI)
Ficțiune adolescenți"Kisah yang diawali dengan bahagia harus diakhiri dengan dukacita." Bertemu dengan Nathan adalah awal kebahagiaan Alana, satu-satunya cowok yang menemani nya dimasa-masa terpuruk. Cowok yang bisa menjadi hangat dan dingin dalam satu waktu ini mamp...