---
KRIINGG..KRIINGG..KRIINGG
Adel memasukan buku pelajaran kedalam tasnya. Lalu berjalan menghampiri Alana yang duduk sambil bermain handphone. "Alana, kantin yukk. Temenin gue!" Alana yang sibuk dengan Handphone nya, tidak memperdulikan Adel sama sekali.
"Alana, ihh lu mah." Kesal Adel, Alana mendengus kecil.
"ALANA PRICILLA," teriak Adel.
Kania yang tertidur dibelakang, terbangun dan Alana ia hanya menutupi telinga nya.
"Lo bisa nggak sih, nggak teriak satu hari aja!"
"Bisa copot nih kuping gue!" Marah Alana, Adel hanya biasa sana. Namun Adel telah membangunkan seekor serigala dibelakang.
"MONYETTT!" umpat Kania dibelakang, wajah marah nya pada Adel membuat Adel berlari terbirit-birit, Kania segera mengejar Adel.
"ADELLL AWASSS LOOO, JAN LARII IYEMM"
Alana tertawa lepas, melihat teman-teman nya seperti itu. "Nasib gue punya temen kek gitu," Alana pun segera berdiri dan pergi kekantin.
Saat Alana menuruni tangga, ia melihat Kania dan Adel berlarian dikelas 10 lalu kelapangan. Raut wajah Adel yang lucu saat lari, membuat Alana tertawa.
"Hei!"
Seseorang merangkul Alana, Alana melihat orang itu, "Dewa!"
Ya laki-laki merangkul Alana itu adalah Dewa, laki-laki tampan, dan most wanted sekolah.
"Bukan nya lo ada lomba?"
"Lomba nya diundur!"
"Yaudah lah, ayo kekantin!"
Dengan senyum bahagia Alana berjalan bersama Dewa, sampai kekantin Dewa bergabung dengan teman-teman satu eskul nya yaitu 'basket' begitu juga Alana.
"Kamu pesen apa?" tanya Lembut Dewa.
"Bakso aja deh!"
"Ok"
"Ehh lo, Ri. Sanaan nggak ada deket-deket sama cewek gue!" Lalu Dewa pergi memesankan bakso.
Itulah sifat yang tidak Alana suka dari Dewa, overprotektif. Dewa sangat berlebihan.
"Hai, Alana!"
"Nathan!" Alana melihat Dewa masih memesan Bakso.
"Nath, maaf ni ya, lo bisa duduk disebelah Oji nggak!" sesekali ia melihat kearah Dewa.
"Kenapa? Ini kan tempat duduk buat semua orang!" jawab Nathan, Alana hanya takut. Dewa datang dan langsung memukul Nathan.
"Aduhh iya gue tau, maksud gue-"
BUGHH.. BUGGHHH~~
"DEWA!!"
Alana hanya bisa menutup mulut nya, menahan air mata keluar. Melihat Dewa memukuli Nathan, astaga rasanya tidak tega ia melihat.
Dewa dan Nathan menjadi pusat Perhatian, yang lain mencoba melerai pertengkaran Dewa dan Nathan.
"Wa, Dewa udah!"
"LO ANAK BARU, BERANI-BERANI NYA DEKETIN CEWEK GUE!"
"DEWAAAAAA UDAH"
Akhirnya, Dewa berhenti. Mereka semua memandang kearah Alana yang menangis.
"Dia udah berani deketin kamu Al!" ucap Dewa dengan nada masih dikalut emosi.
"Lo posesif banget sih Wa, dia temen gue!"
"Temen? Baru tau gue! Atau semenjak gue sibuk lomba lo pacaran sama dia" Dewa melirik Nathan yang memegangi bibirnya berdarah.
"Lo apaan si wa, masalah kek gini aja dibesar-besarin. Malu diliatin orang-orang!" sesekali ia menenedang kursi lalu pergi, Alana tidak memperdulikan Dewa. Malah Alana mengkhawatirkan Nathan.
Nathan memegangi ujung bibir nya berdarah, lalu Alana melirik siku sebelah kiri Nathan bersarah
"Ikut gue yukk!" Alana menarik tangan Nathan, sang pemilik tangan diam membisu.
Alana melihat kebelakang, "Nathan, ayo!"
Saat pertigaan didekat Rooftop, mereka berhenti. Alana menyuruh Nathan untuk naik ke--Rooftop dan menunggunya disana, Nathan hanya mengiyakan ujar gadis itu.
Setelah kembali, Alana membawa kotak P3K. Ia mulai menuangkan alkohol kekapas. Lalu mengoleskan ketangan Mahesa.
"Sssttthhh!"
"Sakit ya?" Nathan tersenyum sambil mengangguk, namun ia senang melihat Alana mengobati luka nya.
"Maaf banget ya Nath, Dewa emang gitu!" ucap nya masih sibuk dengan kapas dan luka disiku Nathan.
"Iya!"
"Lo kenapa nggak bales aja Dewa nya, takut?" Nathan tertawa renyah, sesekali menahan rasa sakit.
"Nggak, gue diem bukan berarti gue takut. Gue cuma nggak mau aja!" Alana mengangguk.
"Selesai, sekarang tinggal. Luka diujung bibir lo tuh!" Alana mengambil kapas dan membersihkan darah yang masih tertera disana.
"Ssstthh, awww. Pelan-pelan Al!" pinta nya, Alana mengangguk.
"D-dia pacar lo?" tanya Nathan.
"Iya, kita udah 2 tahun pacaran. Tapi ya gitu!"
"Gitu gimana?"
"Ya gitu, Dewa yang sering lomba dan jarang kasih kabar, terus emosian, overprotektif."
"Kok dipertahanin?"
Alana berhenti, ia melihat Nathan Lalu tertawa, Nathan binggung kenapa gadis ini tertawa.
"Dia kaya gitu karena dia sayang sama gue!" Balas Alana dengan kekekehan.
"Lo nggak capek punya cowok kaya dia?"
Alana melihat Nathan, "Ya cape lah, tapi gue sayang sama Dewa!!"
"Hehh, cinta itu bersahabat lekat dengan kecewa. Mau nggak mau, harus nggak harus..!" Alana tertawa kecil.
Mereka terdiam sebentar.
"Maaf ya Nath!"
"Buat?"
"Tadi! Lo bonyok gini gara-gara deket gue!"
"Sans aja kali!"
Detik kemudian mereka saling diam, sama-sama menatap kedepan. Sesekali Alana menoleh kearah Nathan, melihat laki-laki itu tengah memejamkan mata dan menikmati angin yang membuat rambut-rambut nya menari.
---
Tbc
Jadi pilih team mana nih
#Alana-Nathan(AlNa)
#Alana-Dewa(AlDe)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Alana (SELESAI)
Teen Fiction"Kisah yang diawali dengan bahagia harus diakhiri dengan dukacita." Bertemu dengan Nathan adalah awal kebahagiaan Alana, satu-satunya cowok yang menemani nya dimasa-masa terpuruk. Cowok yang bisa menjadi hangat dan dingin dalam satu waktu ini mamp...