55. Sampai akhir

301 15 0
                                    

Genggaman itu semakin erat ketika Nathan melihat kedepan, Alana melihat Nathan dengan wajah terangkat. Setelah pulang dari makam Aluna, tiba-tiba Nathan membawa nya laut. Sekarang mereka berdiri didermaga. Melihat kapal-kapal besar yang membawa batu bara.

Tatapan Alana tetap melihat Nathan yang menatap kedepan serius, Alana tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh cowo ini.

"Sekarang gue cuma punya lo, Al. Sekarang kebahagiaan gue ada di lo," kata Nathan dengan sungguh-sungguh, matanya masih melihat kedepan.

Alana mengangguk kecil, "Iya."

"Harapan dan planing yang sudah gue bangun dengan Aluna sudah hilang bersama orangnya, baik tentang dia nggak ninggalin gue ataupun janji lanjutin sekolah di Belanda."

Nathan melihat wajah Alana dengan senyum kecil. Alana membalasnya dengan senyuman lebar.

"Iya, Kak Nathan. Ayo lakukan hal yang belum pernah lo lakuin bersama, Aluna. Anggap aja gue Aluna, kan wajah gue mirip, nanti--"

Nathan menghadapkan badannya melihat Alana, dia menggeleng kecil. Ucapan Alana itu membuat itu merasa tidak enak.

"Alana akan tetap menjadi Alana, Aluna akan tetap menjadi Aluna. Kalian emang kembar, bukan berati karena Aluna adalah orang yang pernah masuk dalam hidup gue, lo mau menjadi Aluna," Nathan menggelengkan kepalanya, "Gabisa, Al..., Jadi diri lo sendiri, lo emang bukan Aluna tapi lo Alana. Satu-satunya cewe gue sekarang!"

Mata Alana berair, dia sangat terharu mendengar itu. Bagaimana tidak, selama ini Nathan tidak pernah seperti itu. Saat waktu berpacaran kemarin, Nathan memang memperlakukan nya layak seorang perempuan yang dia sayang. Namun hari ini, Alana merasakan hal yang berbeda, rasanya seperti Nathan mulai mencintainya.

"Sampai akhir ya, Al." ucapnya lagi, Alana mengangguk dengan haru. Dia memeluk Nathan kembali.

"Iya, sampai akhir!"

---

Hari yang ditunggu tiba, Alana sedikit gugup, hari pertama ulangan kenaikan kelas dan kelulusan bagi Nathan. Alana berharap dia akan naik dengan nilai yang memuaskan, berharap juga Nathan lulus dengan nilai yang bagus.

Agar setelah lulus bisa langsung ke Belanda, jujur itu pasti akan berat. Bukan cuman untuk, Nathan, berat bagi Alana. Alana belum pernah jauh dari Nathan, sudah beda negara beda jam lagi. Pasti akan susah mengobrol bersama Nathan.

Dengan percaya diri Alana melangkah menuju kelas, sekarang beban dipikiran nya sudah tidak ada. Bahkan mimpi yang sering mendatanginya itu, tidak pernah ada lagi.

Adanya Nathan membuat dia memberikan warna baru dikehidupan Alana, maupun sebaliknya.

"ALANAAAAA!!!"

Alana mengentikan langkahnya, dia berdecak kecil. Bisa-bisanya, dia datang disaat mood Alana naik-naiknya.

Alana membalikan badannya kebelakang, "Apa?"

"Bisa nggak sehari lo nggak teriak, Del?"

Adel terkikik disamping Alana, cewe itu melihat dirinya dilayar handphone. "Hari ini gue mau diajak kak Radit makan sama keluarga nya, makanya senang banget!!"

"Wihh, selamat!!" kata Alana ikut senang.

Adel mengangguk dengan gembira, dia hampir 7 bulan berpacaran dengan Radit. Bahkan mereka berdua sudah berkenalan dengan keluarga masing-masing, "Pakai baju apa yaa, ntar?"

Kisah Alana (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang