Setelah pulang sekolah, Alana langsung masuk kekamar. Ia menatap menatap langit yang mendung, serasa ia juga memahami isi hati Alana saat ini.
Alana merasa lelah dengan sikap Dewa, cemburuan yang selalu membuat Alana ingin mengatakan putus. Namun tidak semudah Itu, jika Alana dihadapkan dengan kata putus.
TRINGG..TRINGG..
Alana menatap layar Handphone nya, yang bertulisan 'Preman Kelas' ya siapa lagi jika bukan Kania. Alana pun mengangkat telpon dari kania.
"Halo Al? Lo nggak papa kan?"
"Nggak papa!"
"Dari pada lo bt dirumah, mending ikut gue sama Adel, nongkrong dikafe!"
"Em.. Boleh juga! Cafe mana?"
"Biasa!"
"Yaudah gue siap-siap, ntar gue nyusul disana!"
TUT..
Alana pun menghela napas lalu pergi untuk bersiap-siap! Tidak memerlukan waktu lama, Alana telah selesai berganti baju. Lalu ia mengambil kunci mobil dan pergi.
20 menit menuju kemudian sampailah disebuah Cafe punya orang tua Adel, tidak jauh dari rumah Alana.
"Woy!" Alana mendudukan pantatnya dikursi sebelah Kania.
Kania memegangi dadanya, "Kaget gue anjing!" Alana hanya tersenyum menyungging
"Mau makan apa? Kek biasa?" tanya Adel, Alana hanya mengiyakan.
"Tadi kenapa si Al? Pas gue ama Adel nyusul kekantin lo nggak ada. Katanya-"
"Makanya jangan asik main kejar-kejaran, jadi ketinggal info kan!" timpal Alana.
"Yee, gimana nggak main kejar-kejaran. Abis nya gue minta temenin ke toilet kagak mau, jadi jurus ampuh gue keluar, hehe!" Alana hanya tersenyum miring.
"Jadi kenapa Al? Cerita dong!" Kania kepo.
"Jadi..!" Alana menceritakan semua yang terjadi tadi, dengan serius mereka mendengarkan. Sesekali Kania memukul kursi yang ia duduki, jelas Kania marah. Sekarang yang bercerita adalah sahabatnya, dia juga perempuan.
"Bangsat!" umpat Adel dan Kania.
"UDAH LAH AL, LO PUTUSIN AJA DEWA. NGAPAIN PERJUANGIN DIA!" Teriak Kania emosi, pengujung menatap kemeja mereka bertiga.
"PROTEK-"
"Kan, bisa nggak ngomong nya pelanin dikit. Nohh pengujung terganggu sams suara preman lo!" ujar Adel.
Kania cengengesan, "Sorry-sorry, abisnya si Dewa bikin darah gue mendidih!"
"Jadi keputusan lo gimana?" Sambung Kania, Alana mengidikan bahunya.
"Lo harus punya keputusan Al. Lo nggak berhak buat dikekang, apalagi Dewa cuma pacar lo!" Alana menyerap saran Adel.
"Tapi gue-"
"Karena lo sayang!" sambung Kania, Alana mengangguk lemah.
"Please deh, kenapa sih didunia ini harus ada kata sayang!"
Ya tuhan, bantu aku! Batin Alana.
Disisi lain Nathan bimbang, apakah dia harus melupakan Putri, atau tidak? Jika harus menunggu lagi, jujur! Sebenernya Nathan lelah. Harus seperti ini terus, diam dan menunggu kabar Putri yang tidak pasti.
TRININGGG..TRIINGGG.. TRIINGINGG...
Nathan melihat siapa yang menelpon nya, dan ternyata Kenzo.
"Halo, Nath!"
"Apa!"
"Anak-anak ngajak nongkrong nih, ikut nggak! Ikut aja lah!"
"Dimana?"
"Cafe Roseta!'
" Gue otw!'
Tut!!
Nathan pergi mengganti baju nya, dari pada dirumah suntuk, dan hanya memikirkan Putri.
Nathan segera mengambil kunci mobil dan, menancap gas.
Sesampai dicafe, Nathan bergabung dengan ke-3 teman-teman nya dari SD, namun saat Ayah nya diperintahkan untuk mengurus perusahaan yang ada semarang. Nathan pindah kesana, dan disana lah Nathan dipertemuakn dengan gadis cantik, bernama Putri. Setelah hampir 2 tahun disana, Nathan kembali pindah ke jakarta.
"Eh, Abang Nathan udah dateng. Pesen Nath mau apa!" ujar Iky, Nathan melihat cowok itu dengan tanda tanya.
"Dia jadian sama Adek kelas, jadi cerita nya kita diterkatir!" Sambung Adit yang duduk disamping Nathan.
"Lo bisa pacaran juga Ky?" tanya Nathan diiringi tawa kecil nya.
"Ya bisa la, lu kira gue apa?"
"Kecebong, hahaa!" timpal Kenzo, mereka pun tertawa.
Nathan sangat beruntung memiliki sahabat seperti mereka ber-3, walau rada gesrek Nathan sangat beruntung. Apapun yang masalah yang menimpa dirinya, mereka ber--3 selalu ada.
Namun mata Nathan melihat gadis yang sangat mirip dengan Putri siapa jika bukan, Alana. Ya gadis itu tengah duduk bersama teman-teman nya. Namun wajah gadis itu sedikit tidak bersahabat hari ini, Apa tentang kejadian disekolah tadi?
"Lu kenapa Nath!" ujar Kenzo, lalu ia melihat kebelakang. Penasaran apa yang dilihat teman nya ini.
"Itu Alana kan!" ujar Kenzo.
"Wihh ada cewek lu, Dit!" Seru Iky, Adit Segera menoleh.
"Lah iya yak, kesana yuk!"
"Maksud lo gabung sama mereka? Yaudah lah ayok!" ujar Kenzo bersemangat.
"Semangat banget lu Ken, ntar ditampol Kania tau rasa!" lalu Adit tertawa melihat semangat ingin mendapatkan cinta Kania begitu besar.
"Yukk!" Nathan mengikuti ketiga teman nya yang berjalan kearah meja Alana.
"Haiii!" Sapa Adit, Mereka yang asik mengobrol terhenti.
"Ehh Adit, kamu disini juga. Duduk-duduk!" titah lembut Adel, Adit pun duduk disebelahnya.
"Aelah Adel pilih kasih, masa pacar nya doang yang disuruh duduk!" ucap Kenzo.
"Tinggal cari duduk apa susah nya sih!" Sindir Kania dengan tatapan sinis nya pada Kenzo.
"Oh yaudah, kalo gitu gue duduk sama lo aja gimana?" Kenzo sudah ingin menepatkan bokong nya tepat dikursi Kania duduk, namun segera Kania mengepalkan tangan. Membuat Kenzo berdiri lagi dan duduk disebelah Adit.
"Kagak jadi deh, gue duduk disebelah Adit aja!"
Tak ambil pusing Nathan duduk disebelah Alana yang sedang tertawa melihat pertengkaran kecil Kania dan Kenzo.
"Nathan!"
Nathan tersenyum, "Lo sering kesini juga?" tanya Nathan, Alana mengangguk.
"Iya, ini kan Restoran punya Bokap nya Adel!" Nathan mengangguk, lalu mereka diam.
Sesekali Gadis disamping nya ini tersenyum dan tertawa. Dan disaat itu detak jantung Nathan berdetak sangat cepat. Senyuman yang Nathan favoritkan kini kembali. Tawa yang dulu hilang kini juga kembali.
Nathan selalu berharap agar ini selama nya, akan selalu begini. Tidak ada kata pergi lagi! Trauma? Pasti! Jika ada penghapus trauma Dia ingin sekali menghapus. Agar dia bisa mencintai lagi.
Tbc..
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Alana (SELESAI)
Fiksi Remaja"Kisah yang diawali dengan bahagia harus diakhiri dengan dukacita." Bertemu dengan Nathan adalah awal kebahagiaan Alana, satu-satunya cowok yang menemani nya dimasa-masa terpuruk. Cowok yang bisa menjadi hangat dan dingin dalam satu waktu ini mamp...