43. Siap pacar, Nathan.

407 24 1
                                    

JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN YAAA, BIAR AUTHOR NYA SEMANGAT HIHI>33

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN YAAA, BIAR AUTHOR NYA SEMANGAT HIHI>33

---

Tok..tok..tokk

Alana mengetuk pintu kamar Tasya.

"Masuk aja,"

Alana pun masuk membawa nampan berisikan susu dan bubur. Alana tersenyum menyapa pada Tasya yang duduk bersandar.

"Lo makan dulu," kata Alana dengan lembut. Tasya mengangguk.

Tasya meraih bubur yang dipegang Alana lalu menyuapnya kedalam mulutnya.

"Lo tau gak, Al...?" Tanya Tasya, Alana membenarkan duduknya menghadap Tasya.

"Awal gue tau kalo mama gue adalah istri kedua papa?"

Alana diam. "Gak usah bahas ini dulu deh, Sya."

"Gue yang pengen cerita sama Lo," kata Tasya.

"Waktu gue tau itu, pas Smp. Gak sengaja gue denger papa bicara sama mama didapur. Gue nangis senangis-nangisnya Al." Tasya menjeda ucapannya. "Gue benci, marah, kesel sama papa. Gue gak mau ketemu dia,"

"Saat itu gue bener-bener egois, gue pengen jadi anak papa yang satu-satunya, gue pengen jadi princess satu-satunya papa, gue mau cuma gue yang disayang selain mama."

Tasya menarik napasnya dalam-dalam, dadanya kembari sesak. Genangan air matanya yang ingin jatuh terlihat jelas.

"Setelah lihat hancurnya keluarga lo, karena nyokap gue. Mulai saat itu, gue tepiin keegoisan gue. Hal pertama saat gue lihat Lo sama papa berantem adalah gimana kebahagian lo, Al. Gue takut setelah hari itu, bakalan ada masalah lain."

"Dan mulai hari itu, gue berusaha berlajar ikhlas jika suatu hari nanti papa bakalan milih lo dan ninggalin gue sama mama."

Alana menunduk terisak. "Tapi kan itu dulu, Sya. Lu tau sekarang keadaan nya gimana, mama juga udah menerima Lo sebagai keluarga."

Alana menggenggam lengan Tasya. "Apalagi gue baru juga kehilangan saudara kembar gue, Sya. Gue butuh temen, gue butuh orang yang ngertiin gue. Mungkin.., dengan adanya lo bisa buat gue belajar lebih ikhlas kepergian kakak gue."

"Kita sama-sama ditinggalkan orang yang kita sayang, Sya. Lo mama Lo gue kakak gue."

Air mata Tasya jatuh, Tasya menyingkirkan mangkok bubur keatas nakas disebelahnya. Lalu menarik Alana kedalam pelukan nya.

"Maafin gue sama nyokap gue ya, Al." Alana mengangguk.

"Mulai hari ini lo saudara gue, gue harap dengan adanya lo bisa buat gue gak kepikiran sama Aluna." Tasya mengangguk. "Iya, Al."

---

Keesokan harinya Alana kembali bersekolah, sedangkan Tasya dia masih harus dirawat di rumah. Luka nya belum pulih, saat tabrakan itu. Banyak benturan yang membuat luka dibagian kepala bagian belakang Tasya.

Sekarang Alana duduk bersama Adelia dan Kania dikantin, ditemani es doger dan rujak.

Tidak lama, Nathan, Radit, Kiki, dan Kenzo datang. Lalu duduk didepan Alana dan Kania.

Kenzo datang dengan raut wajah bahagia, sedangkan Kania. Gadis itu memasang wajah malas, apalagi ada Kenzo.

Kenzo menatap Kania dengan tatapan senang, Kania melirik Kenzo dengan tatapan sinis.

"Apa Lo?!" Sarkas Kania. Senyum Kenzo memudar. "Yaelah, neng. Judes amat sii!" Keluh Kenzo.

"Lu nya juga, ngapain ngeliatin gue begitu!"

Kenzo membenarkan duduknya. "Gini neng Kania yang cantik nya aduhaii. Neng Kania kan cantik, pantes aja dong kalo diliatin. Apalagi yang ngeliatin nya cowo ganteng kaya Abang Kenzo," kata Kenzo dengan cengengesan.

Kania memasang wajah jijik. "Sekali lagi ngeliatin gue kaya gitu gue banting lo!!"

"Gak papa deh kalo dibanting sama cewek cantik kaya neng Kania, ikhlas aku mah," ucap Kenzo dengan nada lebay nya.

Adel yang sedari tadi melihat Kenzo dan Kania hanya memandangi mereka.

"Baik-baik lo, Ken. Lupa lo pas tahun baru tahun kemarin, ditampol Kania?"

Mereka tertawa mendengar itu, Kenzo hanya meneguk saliva nya. Momen yang tidak akan pernah terlupakan oleh Kenzo.

Alana melirik Nathan yang hanya terdiam. Alana berniat untuk mengejutkan Nathan. "Doorrr!"

Nathan kaget. "Alanaa...,"

Alana tertawa. "Lo kenapa?"

"Ada masalah?" Tanya Alana. Nathan dengan segera menggelengkan kepalanya. "Nggak, Al. Gue cuma sedikit gak enak badan aja."

Alana memegangi dahi Nathan yang sedikit panas. "Kenapa sekolah, kalo sakit?"

"Kan bisa dirumah aja." Kata Alana sedikit cemas.

Nathan tertawa kecil. "Iyaa Alana, bawel lu yaa!"

Alana menekuk bibir bawahnya. "Itu karena gue khawatir sama lo, bambangg." Gemas Alana.

KRINGG...

"Iya, iya, sana masuk udah bel." Nathan menyuruh Alana masuk. Alana memandangi Nathan dengan raut wajah cemas.

Nathan kembali tertawa. "Gue gak papa,"

"Besok kalo masih gak enak badan dirumah aja, jangan dipaksain sekolah." Kata Alana menasehati.

Nathan Mengangguk. "Siap pacar, Nathan!!"

Alana berdiri lalu dia pergi dari kantin bersama Kania dan Adel.

---

Sesampai dirumah Nathan membaringkan badan nya di kasur empuk miliknya, perlahan dia membalikan badan nya menghadap keatas. Menatap atap kamar.

Nathan tersenyum sendiri ketika dia membayangkan senyum Alana yang terus tersenyum untuknya, tawa Alana yang riang mengiang-ngiang di telinganya, tatapan mata yang hangat membuat Nathan teduh menatapnya.

Setelah mengenal Alana, Nathan semakin menghilangkan bahwa Putri ada di diri Alana. Nathan juga tidak lagi menyamakan Alana seperti Putri. Mungkin karena sikap dan sifat Alana yang membedakan dari Putri.

"Gue sayang sama Lo, Alana!" Gumam Nathan.

---

Kisah Alana (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang