07. PR

1.7K 71 1
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Setelah kemarin, tentang kejadian Alana pergi bersama mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Alana sadar, tindakan nya salah.

Seandainya tidak ada cowok itu yang menyadarkan Alana. Mungkin Alana sudah berbuat sesuatu. Ya siapa jika bukan Nathan, cowok yang baru Alana kenal. Dan sudah bisa membuat nya tertawa, hingga membuat gadis itu nyaman.

Seandainya Dewa seperti Nathan, mungkin disetiap hari Alana selalu cerah berwarna. Dan akan selalu menjadi badut kesayangan nya. Namun Dewa tetap lah Dewa, egois, emosional, dan overprotektif.

Udah hampir jam 7! Batin Alana yang sedang makan, lalu melirik jam ditangan nya.

Sebelum pergi sekolah, seperti biasa Alana melihat keadaan Laras. Namun saat Alana memasuki kamar nya, Alana tidak mendapati Laras. Alana panik, dia segera mencari namun Alana tidak menemukan mamanya. Lalu Alana mencari ketaman belakang, tempat biasanya favorit mamanya. Dan benar, wanita paruh baya itu tengah menyiram bunga. Alana tersenyum bahagia, melihat Laras mulai membaik, sudah mulai tersenyum.

"Ana! Kamu belum berangkat!" Alana tersenyum, lalu berjalan kearah mama nya dan mencium punggung tangan kanan Laras.

"Ini mau berangkat! Ana pergi sekolah dulu ya mah, mama baik-baik dirumah!"

"Awas ada yang culik!" mendengar itu Laras tertawa lalu mencubit pipi Alana. Membuat sang pemilik pipi itu meringis.

Alana kembali mencium tangan kanan Laras, "Alana berangkat ya mah!"

"Assalamulaikum!"

"Walaikumsallam, Nak"

Dengan senyum manis Alana meninggalkan Laras yang tengah berdiri tersenyum. Senang rasanya melihat mama nya membaik, sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Walau tidak terlalu banyak aktivitas yang Laras lakukan, hanya menyiram bunga. Alana sudah begitu senang.

Tugas membuat mama nya bangkit sudah berasil. Tinggal tugas mencari keberadaan Papa nya, jika terakhir Alana bertemu papa nya di Australia. Alana akan mencoba menelpon Keluarga atau teman-teman papa nya di sana.

"Ni mobil kenapa lagi?" Keluh Alana, ini sudah keberapa kalinya mobil mogok ketika ingin kesekolah.

Saat dipertengahan jalan menuju sekolah, mobil yang Alana tepati mogok. Tidak tau apa yang menyebabkan kemogokan mobil Alana.

"Kalo gini bisa telat gue!"

Alana menepuk jidat nya, "Kenapa nggak telpon Om Reza, dia kan punya bengkel besar. Otomatis dia bisa kerahin anak buah nya kesini ngecek mobil gue!"

Kisah Alana (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang