Setelah kita mengantar Jihye ke rumah orangtuanya, dimana membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bolak-balik dari Seoul-Suwon-Seoul. Karena menyita waktu satu jam untuk bolak-balik, lumayan kan?
Begitu kita tiba di Seoul, matahari udah mulai bersembunyi ke tempat persembunyiannya. Kini bulan lah yang bertugas untuk menerangi kota Seoul di malam hari. Lampu-lampu di jalanan juga udah menyala dan menerangkan jalan bagi para pejalan kaki.
Saat gue dan Jaehyun meninggalkan Seoul, jalanan masih lumayan sepi. Tapi sekarang orang-orang udah mulai banyak berlalu lalang yang baru selesai melakukan aktivitasnya selama seharian penuh. Ada yang pergi bekerja, kuliah, dan sekolah. Belum lagi bagi anak-anak yang masih sekolah mereka harus memasuki kelas malam.
Gue kasian sebenernya sama anak-anak disini. Mereka bener-bener di push untuk masuk ke sekolah yang bagus dan perguruan tinggi yang punya nama. Tapi itu lah pendidikan di Korea Selatan, keras. Kalau mereka gak memasuki salah satu dari universitas SKY (Seoul National University, Korea University, dan Yonsei University), maka untuk mencari pekerjaan juga susah. Karena banyaknya dari perusahaan-perusahaan yang besar pasti akan melihat orang-orang yang melamar ini lulusan dari universitas mana.
Hidup di Korea itu semuanya serba kompetitif. Sehingga berpengaruh ke masyarakatnya juga. Tapi ada bagusnya juga, menjadikan penduduknya untuk meningkatkan daya saingnya dengan yang lain.
Gue gak mau kalau misalkan gue punya anak nanti, anak gue, gue paksa untuk ikut kelas ini itu dan sebagainya. Gue gak mau anak gue stress karena melakukan hal yang gak ingin dia lakukan. Biarkan dia mencari hal yang sesuai dengan bidangnya. Apa yang dia suka dan bikin dia senang.
Gue gak mau anak gue malah jadi gak bahagia. Kalau anak gue gak bahagia, gue merasa gagal untuk menjadi orangtua.
Aduh bentar, gue mikir udah jauh banget kesana. Punya anak aja belum hehe, tapi gak apa-apa kan untuk merencakanannya terlebih dahulu sebelum akhirnya gue punya anak duluan?
Mata gue sedari tadi hanya fokus pada pandangan kota Seoul di malam hari yang semakin malam semakin ramai. Mobilnya Jaehyun sedang berlaju ke arah restoran tempat kita akan makan malam, kayaknya. Karena tadi siang kan dia bilang kalau makan-makan perayaannya nanti malam aja sekalian nunggu Krystal datang dari Jepang.
"We are here." Jaehyun mengatakannya setelah mobilnya berhenti di tempat parkir. Karena restorannya berada di dalam bangunan tinggi, di lantai 48 tepatnya, kita harus parkir di basement.
Jaehyun dengan cepat melepas sabuk pengamannya dan turun duluan dari mobil. Gue kira dia ingin mengecek kondisi mobilnya atau bannya. Tapi nggak. Dia berjalan mengitari mobil dan berhenti di pintu gue. Dia membukanya sambil tersenyum.
"Ayo soon-to-be-Mrs. Jung." Dia menjulurkan tangannya dan gue ambil saat itu juga.
Jaehyun membantu gue menuruni mobil lalu menutup pintu mobilnya untuk gue. Padahal gue turun sendiri dan nutup pintunya sendiri gak apa-apa. Gue bukan tipe orang yang harus dibukakan pintunya. Selama gue bisa melakukannya sendiri, kenapa gue harus menyuruh orang lain untuk melakukannya?
Tapi sikap Jaehyun gue apresiasi.
"Makasih." Kata gue setelah dia menutup pintu mobil.
Tangan gue kini menggantung di lengannya. Kita berjalan ke arah lift dan setelah kita masuk, Jaehyun langsung memencet tombol 48. Di dalam lift hanya ada kita berdua,
Cup
Jaehyun mencium pipi gue tiba-tiba. Membuat pipi gue sekarang merah merona. Malu banget gue kalau dia udah nyium gue. Gue melihat ke arahnya dan berniat untuk protes karena apa yang dia lakukan barusan ke gue, tapi—
KAMU SEDANG MEMBACA
Ms. Kim | Jung Jaehyun
Fanfiction[COMPLETED] Book two of Dr. Jung "Every negative thought, thing and action can be turned into a learning experience. Like instead of thinking "why am I like this" or "why is this happening to me" I'll ask myself "what can I learn from this," and it'...