69. Leave

7.6K 1K 100
                                    

— Doyoung Point of View —

Pertengkaran hebat antara gue dan perempuan yang masih gue sayang sampai detik ini di Berlin merupakan pertengkaran yang gak pernah gue kira akan terjadi.

Tentu, kata-kata gue sangat menyakitkan Sunhee dan ada kemungkinan besar kalau sekarang dia benci sama gue. Gue tau betul bagaimana anxiety dan overthinking-nya masih suka menghantuinya sampai sekarang. Dan bodohnya, bukan bodoh, coba defisinikan kata yang lebih bodoh dari bodoh—intinya, gue gak ngotak waktu bilang ke Sunhee kalau gue seenggaknya gak seperti dia yang memiliki anxiety dan overthinking yang membuat hidupnya gak tenang.

Mengetahui Jaehyun akhirnya bisa meluluhkan hatinya Sunhee, bikin gue marah. Dan melihat mereka yang sedang duduk berdua saat acara ulang tahun Hartz Firm sambil ketawa-ketiwi membuat gue makin kesal. Pasalnya, gue sama sekali gak mengharapkan akan bertemu mereka berdua di acara ulang tahun itu.

Harusnya gue gak bisa marah atau kesal karena melihat mereka berdua. Lagian gue juga udah merelakan Sunhee ke Jaehyun sebelum gue pindah ke Praha. Munafik ya.

Malam itu di balkon hotel saat gue bertengkar dengan Sunhee, gue gak tau setan dan roh apa yang berada di dalam tubuh gue sampai akhirnya gue gak mikir dulu sebelum berbicara dan bertindak.

Kata-kata itu lebih tajam dari pedang. Dan gue menikam salah satu orang yang paling gue sayang menggunakan kata-kata pedas dan menyakitkan yang keluar dari mulut gue.

Apa gue menyesal? Ya pasti menyesal. Gue bodoh karena gue bilang ke Sunhee kalau gue gak suka melihat dia nangis. Tapi kenyataannya, malam itu dia menangis karena gue. Karena kata-kata yang gue lontarkan ke dia. Tangisnya juga bukan tangis yang seperti biasanya gue lihat. Saat mata kita bertemu, ada rasa sakit yang bertubi-tubi disitu, ditambah rasa kecewa, dan rasa benci. Karena ulah siapa? Gue, si Kim Doyoung yang paling gak suka melihat perempuan yang gue sayang menangis dan akhirnya gue sendiri yang menjadi penyebab dia menangis.

Gue jadi teringat akan mantan pacarnya Sunhee di masa SMA. Ya, Sunhee punya mantan pacar. Mungkin kalau ditanya sama orang, dia gak akan mengakuinya dan memilih untuk bilang gak punya mantan pacar. Karena pacarnya itu memperlakukan Sunhee seenaknya. Dia main kekerasan sama Sunhee. Dan kata gue pantes aja kalau Sunhee gak mau mengenang bahkan mengakui sang mantan pacar—orang mantannya kasar. Dia gak mau mengingat masa lalunya itu. Jadi dia lupakan dan memilih untuk menghapus memori tentang mantannya dari ingatan dan kehidupannya.

Gue udah dengar beberapa kali sebenernya kalau Sunhee pernah dikasarin sama mantannya yang kurang ajar itu. Dan pas banget gue sama Taeyong pernah lewat ke halaman belakang sekolah karena gue sama dia disuruh ke gudang musik untuk membawa alat musik yang letaknya di dekat halaman belakang sekolah. Disitu, gue dan Taeyong langsung menghentikan tindakan mantannya Sunhee, yang bernama Yeongchol. Dengan cepat gue smack down Yeongchol saat itu sebelum dia berhasil memukul Sunhee. Semenjak kejadian itu juga, gue mulai dekat sama Sunhee. Kita udah kenal sebelumnya, tapi nggak dekat.

Gue jadi merasa kalau gue sama mantan pacarnya sama aja. Sama-sama nyakitin Sunhee. Kalau Yeongchol menyakitinya secara fisik, gue menyakiti perasaannya.

Sebelum kepindahan gue ke Praha, gue pernah bilang ke Sunhee kalau gue berjanji akan ada untuk dia. Gue bilang ke dia kalau misalkan ada sesuatu yang terjadi, dia bisa menelfon gue. Tapi janji-janji tersebut hanya akan selamanya menjadi kata-kata yang gak akan pernah terealisasikan. Karena begitu gue sampai di Praha, tekad gue untuk melupakan dan melepas Sunhee udah bulat.

Namun pada akhirnya, gue gagal untuk melupakan dan melepasnya.

Gue juga pernah bilang kalau gue mau membuat Sunhee benci dengan gue. Tapi niat tersebut gue buang jauh-jauh begitu gue melihat wajahnya lagi. Gue gak bisa dan gak ingin perempuan ini membenci gue.

Ms. Kim | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang