Kedatangan Hanif

11.8K 599 3
                                    

Kurang lebih lima tahun Hanif tak menginjakkan kaki ditanah kelahirannya. Setelah menempuh sekolah menengah atas Hanif memilih untuk melanjutkan studinya di Negeri Paman Sam yang dimana adalah negara asli Papanya.

Usai itu Hanif menetap di kota kelahiran Mamanya–– Tokyo, Jepang–– untuk mengurusi cabang perusahaan keluarganya Bagaskara'Fs yang ada disana.

Dan selama itu pula ia tak pernah kembali ke Indonesia.

Disinilah sekarang ia berada didepan sebuah rumah mewah yang lebih cocok dikatakan mansion. Dimana lagi kalau bukan dirumah kedua orang tuanya yang sangat ia rindukan sebab enam bulan terakhir ini mereka tak berjumpa. Biasanya Hendra dan Hefika akan selalu mengunjungi anak semata wayang mereka, namun tidak untuk enam bulan terakhir ini karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggal. Jadilah Hanif yang mendatangi keduanya.

Setengah jam yang lalu Hanif telah menginjakkan kaki ditanah kelahirannya. Setibanya dibandara Soekarno Hatta, Hanif bergegas menemui kedua orang tuanya.

Sesampainya didepan pintu, ia menekan bel. Tak lama kemudian pintu terbuka dam menampakkan sosok wanita berdaster lusuh.

"Assalamualaikum, Mbok."Sapa Hanif seraya mengulas senyum.

"Waalaikumsalam. D––Den Hanif, kan?"Jawab Mbok Ati tak yakin.

Senyum Hanif merekah. "Iya ini Hanif, Mbok."Balas lelaki dua puluh empat tahun itu.

Seketika senyuman tercetak jelas diwajah Mbok Ati. "Gusti! Si Aden teh makin kasep pisan. Si Mbok hampir nda ngenalin Aden,"Ungkap Mbok Ati senang melihat kepulangan lelaki tampan itu.

Hanif tertawa mendengarnya. "Si Mbok bisa aja godain Hanif."Balas Hanif.

Dejavu! Mbok Ati merasa tidak asing dengan balasan seperti itu, ia pernah mendengar seseorang mengucapkan hal yang sama dengan Hanif akan tetapi ia lupa siapa yang mengatakannya. Ah, sudahlah.

"Mbok apa kabar?"Tanya Hanif.

"Alhamdulillah, si Mbok teh sehat." Jawabnya. "Aden sendiri gimana kabarnya?"

"Seperti yang Mbok lihat. Alhamdulillah, Hanif juga sehat."

Keduanya nampak sangat akrab. Tak heran, sebab sewaktu kecil Mbok Ati-lah yang merawat Hanif jika Hefika sedang bekerja atau pergi menemani Hendra mengurus bisnis keluarga mereka. Bagi Hanif, Mbok Ati adalah Ibu keduanya.

Kemudian Mbok Ati mempersilakan Hanif untuk masuk.

"Mama sama Papa ada, Mbok?"Tanya
Hanif sembari menggeret kopernya. Sebelumnya Mbok Ati menawarkan Hanif untuk ia yang membawanya tapi ditolak Hanif. Karena tidak mungkin Hanif membiarkan wanita paruh baya itu membawa kopernya yang sangat besar.

"Ibu sama Bapak lagi pergi, Den." Jawab Mbok Ati.

"Kemana? Bukannya hari minggu Mama sama Papa nggak pergi kerja," Hanif hafal betul jadwal kerja orang tuanya, untuk itu ia memilih pulang dihari minggu sebab keduanya pasti ada dirumah. Namun sayang ia salah.

"Bapak sama Ibu teh memang nda pergi kerja, cuman tadi Ibu pengin jalan-jalan, tapi si Mbok nda tahu kemana soalnya Bapak sama Ibu nda bilang."Jelas wanita itu.

Hanif menggangguk mengerti. Keduanya sudah sampai diruang keluarga, langsung saja Hanif menjatuhkan badannya kesofa.

"Aden capek banget ya?"Hanif menggangguk. "Langsung istirahat dikamar aja atuh, Den."

"Nanti aja, Mbok. Hanif mau nungguin Mama sama Papa pulang." Tolaknya halus. "Kira-kira mereka pulang jam berapa, ya?"Tanya Hanif, sesekali matanya terpejam menekan rasa lelah setelah duduk berjam-jam didalam pesawat.

Air mata Aisyah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang