Rumah Sakit Punya Cerita

7.8K 440 2
                                    

Menangislah jika itu membuatmu tenang. Jangan pendam sendiri aku ada disini, siap untuk jadi penguatmu.


-Chou Reygan Wigastama-

____


Hanif baru saja memarkirkan mobilnya dipelataran rumah sakit. Dengan langkah santai Hanif berjalan menuju meja resepsionis untuk menanyakan ruangan tempat Ibunya Aisyah dirawat.

"Permisi, Mbak. Pasien atas nama Ibu Elisyah Familah, dirawat ruang mana ya?"Tanya Hanif.

Setelah mendapat apa yang dicarinya Hanif kembali melanjutkan langkahnya menuju ruangan yang disebutkan Mbak resepsionis.

Ruang Anggrek, No 5.

Hanif terus mengumamkan kalimat yang sama takut terlupa.

Sepanjang perjalanan menuju ruang rawat Ibunya Aisyah, Hanif menjadi pusat perhatian padahal Hanif tak menggunakan pakaian mencolok hanya kaus biasa dibalut jaket dan dipadukan dengan jins agak longgar bagian bawahnya tak meninggalkan kesan tampannya. Tapi orang-orang yang ada dirumah sakit itu terus saja menatapnya dengan tatapan berbeda-beda, karena merasa risih diperhatikan Hanif mempercepat jalannya, agar bisa menghindari tatapan-tatapan yang Hanif tak mengerti dan bisa segera melihat kondisi Ibunya Aisyah.

Berbicara tentang Aisyah jantung Hanif tiba-tiba berdetak kencang. Ia jadi teringat pembicaraannya dengan Aisyah melalui via telfon rumahnya tadi pagi, Aisyah mengabarkan bahwa dia tidak akan masuk kerja selama beberapa hari untuk menjaga Ibunya yang sedang berada dirumah sakit.

Dan Hanif berinisiatif untuk menjenguk Ibunya Aisyah awalnya Aisyah melarangnya tapi bukan Hanif namanya kalau tidak bisa mendapatkan apa yang ia mau. Dengan sedikit memaksa akhirnya Aisyah menyebutkan juga nama rumah sakit tempat Ibunya di rawat.

Akhirnya disinilah ia berdiri, didepan sebuah pintu bercat cokelat yang tertutup rapat––bertuliskan R. Anggrek No 5.

"Tadi Mbaknya bilang ruang Anggrek nomer 5. Berarti ruangan ini." Monolognya.

Dengan ragu Hanif mengetuk pintu itu. Dalam hati Hanif terus berdoa semoga ia tak salah ruangan.

Taklama pintu dihadapan Hanif yang semula tertutup rapat akhirnya terbuka dan menampilkan sosok wanita paruh baya berbalut pakaian syar'i.

Hanif tersenyum canggung pada wanita yang ada didepannya.

"Ini benar ruangannya Ibu Elisyah?" Tanya Hanif sopan.

"Iya, betul. Siapa ya?"Jawab Bu Anin. Dengan rasa penasaran yang tak dapat ia simpan, karena kehadiran seorang pemuda yang tak ia kenali.

Hanif berdehem pelan sebelum memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan nama saya Hanif, Bu. Saya temennya Aisyah."Ucap Hanif dengan senyum ramah yang terlukis diparas tampannya.

"Oh temennya Aisyah. Duh maaf ya Ibu nggk tau, soalnya Aisyah juga nggak bilang kalau ada temennya yang mau dateng."Balas Bu Anin tak kalah ramah. "Perkenalkan juga, saya Bu Anin."Lanjut Bu Anin diselingi dengan senyum keibuan.

Air mata Aisyah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang