Meminta Izin {Menuju Halal}

5.5K 320 18
                                    

Setelah menempuh perjalanan sekitar tujuh belas jam, akhirnya keluarga Hanif dan keluarga Regi sampai ditempat tujuan, yakni–– Turki.

Hefikalah yang ingin datang berkunjung kenegara tersebut. Sudah lama dirinya tak mendatangi Turki, itulah yang Hefika katakan.

"Ma, ini rumah siapa?"Tanya Hanif saat mobil yang mereka tumpangi memasuki pekarangan rumah berlantai dua.

"Rumah peninggalannya Oma,"Jawab Hefika.

Hanif mengernyit. Ia baru tahu kalau Omanya pernah tinggal dinegara ini. "Bukannya Oma asli Jepang dan tinggal disana ya?"

"Rumah ini hadiah ulang tahun Opa untuk Oma. Dulu kami sempat tinggal disini,"Jelas Hefika.

Hanif mengangguk, mengerti. Dan kembali diam.

"Yuk, kita masuk."

Hani dan Hefika masuk terlebih dulu, keduanya sangat merindukan tempat ini. Dirumah inilah mereka menghabiskan masa remaja.

"Assalamualaikum warahmatullah," Ucap mereka serempak.

Tak ada sahutan.

Rumah ini kosong tapi nampak terawat.

"Gak ada orang. Tapi rumah ini terawat banget."Gumam Regi yang masih dapat didengar oleh Hani.

"Karena selalu ada yang beresin."

"Siapa?"Tanya Illy––adiknya Regi.

"Art rumah ini. Tapi hari ini gak bisa kesini karena lagi sakit,"Jawab Hani.

Dua keluarga tersebut sudah sampai diruangan luas yang dimana ada dua sofa panjang, dan terdapat sebuah karpet berbulu. Ruang keluarga.

"Huft, capek banget."Keluh Regi dan menjatuhkan tubuhnya dikarpet.

"Kalau mau istirahat langsung masuk kekamar, Lex."Ucap Hani.

Regi hanya berdehem. Matanya sudah terpejam, efek kelelahan.

"Nif, kamu masuk kamar gih. Istirahat, kamu pasti kecapean."Saran Hefika. "Kamar kamu ada dilantai dua paling ujung sebelah kiri," Tambahnya.

Hanif mengangguk patuh.
"Yaudah, Hanif kekamar duluan."

Para orangtua mengiyakan, sedangkan sepupu Hanif hanya diam sekadar bicara mereka sudah tak mampu.

Wajar saja perjalanan Indonesia - Turki memakan waktu yang sangat lama.

Sesampai didepan kamar yang Hefika maksud, Hanif langsung masuk.

Hal yang pertama ia lakukan adalah mengeluarkan pakaian rumahan dari dalam koper, kemudian masuk ke mandi membersihkan dirinya yang terasa sangat lengket.

Lima belas menit kemudian Hanif keluar dari kamar mandi dengan setelan pakaian rumahan, wajah nampak lebih fresh dari sebelumnya.

Ia mengambil sarung lalu melilitkan dipinggang kemudian menggelar sajadah, waktu solat isya sudah masuk sekitar dua jam yang lalu.

Meski badannya terasa sangat pegal karena hampir seharian hanya duduk didalam pesawat, bukan berarti Hanif akan melewatkan momen terindah dimana ia bisa berbincang dengan pemilik semesta alam dalam sujudnya.

Empat rakaat Hanif akhiri dengan salam, berdzikir sebentar lalu menengadahkan tangan keatas langit. Wajah tampannya sangat serius saat berdoa.

Usai solat Hanif membereskan peralatan solatnya, untuk hari ini ia terpaksa melewatkan untuk membaca Al-qur'an, sungguh badannya sudah tak bisa lagi diajak kompromi. Sekarang yang ingin ia lakukan hanya berbaring.

Air mata Aisyah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang