Permintaan Aisyah

6K 263 20
                                    

"Assalamualaikum. Yuhuu, sitampan datang."Ucap Regi saat memasuki kekediaman Hanif dan Aisyah lengkap dengan wajah tengilnya.

Hanif yang berjalan lebih dulu didepan Regi geleng-geleng kepala dengan tingkah ajaib sepupunya yang satu ini.

"Nif, Aisyah kemana? Kok dari tadi gue teriak-teriak kagak ada muncul." Tanya Regi mensejajarkan langkahnya dengan Hanif.

Mendengar Regi bertanya perihal istrinya, otomatis langkah Hanif terhenti begitu juga dengan Regi. Hanif menatap tajam pada pria dua puluh enam tahun itu.

"Dih, ngapain lo natap gue gitu? Oh gue tau lo pasti terpana, kan, sama ketampanan gue. Gak perlu lo tatap gitu gue udah tau kalau gue ini tampan,"Oceh Regi dengan senyum percaya dirinya.

Hoek,,

Plastik? Mana plastik? Rasanya Hanif ingin muntah mendengar ocehan yang kelewat percaya diri itu.

"Ngapain kamu nyariin Aisyah?" Tanya Hanif mengabaikan ocehan gila Regi barusan. Nada suaranya terdengar sangat sewot.

"Ya suka-suka gue dong. Masalah buat lo?"Jawab Regi enteng.

Pupil mata Hanif melebar, tangannya terkepal kuat menahan geram. Agaknya Hanif harus mengajarkan pada mulut lemes Regi itu untuk mempertimbangkan segala sesuatu sebelum dikeluarkan.

"Masalahlah buat saya. Saya, kan suaminya Aisyah. Jadi sebelum bertemu dengan istri saya, saya harus tau tujuan kamu dulu."Balas Hanif tegas. Sorot matanya sangat tajam seolah ingin menerkam Regi saja.

Regi mengedihkan bahu tak peduli.
"Bodo amat, gue mau ketemu Aisyah." Selorohnya dengan santai. "Aisyahhh? Yuhuuu? Kak Regi yang tampan dan menggemaskan datang."Teriaknya dan meninggalkan Hanif yang masih tercengang dengan balasnya.

Setelah kesadaran Hanif kembali, ia segera menghalangi Regi. "Kamu." Tunjuknya tepat didepan wajah tak berdosa Regi. "BISA GAK, GAK USAH TERIAK-TERIAK?"Seru Hanif lantang, ia sudah kelewat kesal menghadapi makhluk sejenis Regi.

Regi memutar bola matanya malas.
"LO JUGA TERIAK, BAMBANG."

"NAMA SAYA HANIF! BUKAN BAMBANG."Teriak Hanif sekali lagi, ia sangat jengkel karena Regi suka sekali mengganti namanya.

"Astagfirullah, ini ada apa sih kok pada teriak-teriak?"Aisyah yang ada dipaviliun belakang berjalan tergesa-gesa mendengar kegaduhan.

"Dia tuh."

"Dia tuh."

Hanif dan Regi saling menunjuk menyalahkan. Nyatanya mereka berdua sama-sama berteriak.

"Hanif, tuh, Syah. Masa dia ngelarang aku nyari-nyari kamu."Adu Regi berjalan mendekati Aisyah dengan maksud ingin memeluk Aisyah, dan sebuah tangan mencengkram kerah baju belakangnya.

"Eits, atas dasar apa kamu mau meluk istri saya, hah?! Jauh-jauh sana, enak aja kamu mau peluk istri saya."Hanif menjauhkan Regi dari istrinya.

"Sayang, gak usah dengerin dia. Dianya aja yang ngeselin, dari tadi teriak-teriak mulu. Kan, kakak, kesel." Keluhnya seraya melingkarkan tangannya dipinggang Aisyah. Dagunya ia letakkan dibahu Aisyah.

Mendengar ucapan Hanif membuat kekesalan Regi mendidih. Enak saja Hanif menuduhnya berteriak, padahal dia juga berteriak. Wah, anak satu ini tidak bisa dibiarkan. "Lo juga teriak-teriak tadi. Enak aja cuman nyalahin gue,"Sembur Regi dengan wajah kesal.

Air mata Aisyah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang