Kenyataan 2

5K 301 1
                                    

Apa yang terlihat tak melulu benar. Terkadang kebenaran itu harus didengarkan, jadi kumohon dengarkan penjelasanku...

-Aisyah familah isma-

___

'Selamat membaca'

***

"Abang kok gak bilang kalau ini restoran milik, abang."Aisyah menatap Dian yang duduk berseberangan dengannya.


"Bukan milik abang, tapi milik kamu."
Dian meralat ucapan Aisyah.

Aisyah mendengus pendek.
"Tapi kenapa gak pernah ngasih tau?"

"Sengaja, biar surprise."Dian tersenyum lembut pada adiknya.

"Mbak Rena, Mas Rey, sama Kak Rey. Udah tau tentang ini?"Aisyah memindahkan tatapan pada trio R.

"Kita juga baru tau kok,"Jawab Reygan, yang mendapat anggukan setuju dari Renata dan Regi.

Yah. Mereka juga baru tahu jika restoran ini milik Dian yang dihadiahkan untuk Aisyah. Saat mereka masuk dan mendapat sambutan dari manager restoran ini.

"Btw. Gue baru ngeh DNA itu singkatan nama dari lo sama Aisyah." Regi ikut menimpali.

Dian terkekeh tampan.
"Itu nama yang dikasih ayah buat gue sama Aisyah waktu masih kecil. Selain dari singkatan nama kami berdua, golongan darah gue sama Aisyah juga sama. Jadi pas deh dikasih singkatan DNA."Jelas Dian.

Trio R mengangguk mengerti. Aisyah-pun, baru tahu tentang fakta itu.

"Sebenarnya tempat ini launching waktu Aisyah pulang dari rumah sakit. Gue udah mau ngajakin Aisyah kesini saat itu, tapi kondisi Aisyah gak memungkinkan."Dian kembali bertutur.

"Maaf,"Ucap Aisyah merasa bersalah karena dirinya Dian juga tak bisa ikut hadir untuk peresmian restoran ini.

"Gak perlu minta maaf, Dek. Kamu jauh lebih penting dari apapun bagi abang."Dian menggenggam tangan Aisyah.

Aisyah tersentuh dengan perkataan abangnya.

Bukan hanya Aisyah, tapi trio R juga. Mereka bisa melihat besarnya kasih sayang Dian terhadap Aisyah. Dia. Terlihat seperti kekasih sekaligus Ayah yang melindungi putrinya dalam waktu yang sama.

"Apa yang Abang lakuin saat ini gak bisa menebus pengorbanan yang Aisyah berikan. Tapi, abang akan berusaha melakukan yang terbaik untuk Aisyah. Abang ini adalah pengganti ayah bagi Aisyah, jadi abang berusaha menjadi abang dan ayah yang baik buat Aisyah."

Ucapan Dian berhasil membuat mata Aisyah berkaca-kaca.

"Terima kasih,"Hanya itu yang bisa Aisyah katakan. Ada banyak yang ingin Aisyah sampaikan tapi kata-kata sepertinya tak cukup mengungkapkan perasaannya.

"Tapi sepenglihatan gue, lo itu lebih cocok jadi pacarnya Aisyah. Dan gue yakin banget semua orang disini pasti ngira kalau kalian itu sepasang kekasih bukan sepasang saudara."Apa yang dikatakan Regi memang benar adanya.

Diam-diam Renata menyetujui ucapan Regi.

Dian dan Aisyah saling tatapan. Regi, bukanlah orang yang pertama, yang mengatakan hal itu. Entah sudah berapa banyak orang yang mengatakan hal demikian, tapi mereka hanya menanggapi dengan senyuman.

Air mata Aisyah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang