Jangan Pergi

5.6K 322 3
                                    


Aisyah berdiri ditengah lapangan yang banyak ditumbuhi dandelion,entah sudah berapa kali Aisyah mengitari lapangan itu untuk mencari jalan pulang tapi, Aisyah tak menemukan satu jalanpun bahkan ia merasa kembali ketempat sebelumnya.

"Ibu?"panggilnya, sambil mencari-cari keberadaan Elisyah namun sayannya tak mendapati keberadaan wanita itu.

"Arsyah? Irsyah?"Aisyah melemparkan pandangannya ke sembarang arah untuk mencari sosok kedua Adiknya, namun nihil.

"Hiks...kalian dimana? Jangan tinggalin Aisyah disini sendirian. Hiks,"Aisyah memeluk dirinya sendiri.

"Mas Rey? Tolongin Aisyah,"lirihnya.

Ditengah rasa takut yang melanda, tanpa sengaja mata indah milik Aisyah menangkap kedatangan sosok tak asing dari arah yang berlawanan, tengah berjalan kearahnya.

Aisyah memicingkan matanya, guna memastikan apa yang dilihatnya benar.

"Kak Hanif?"gumamnya. Sosok itu adalah Hanif dengan membawa sebuket bunga mawar putih ditangannya.

"Assalamualaikum. Hai, Aisyah."ucap Hanif dengan seutas senyum.

"Wa'alaikumsalam."balas Aisyah, masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Aisyah, ngapain disini?"tanya Hanif masih mempertahankan senyumnya.

"Nggak tahu,"jawab Aisyah, bingung. "Aisyah juga nggak tahu kenapa bisa ada disini."Aisyah memandangi tanah lapang yang amat luas itu.

"Terus kenapa nangis?"Hanif mengangkat sebelah alisnya.

"Takut. Aisyah takut,"mata Aisyah kembali berkaca-kaca.

Hanif menatap lamat, senyum menenangkan terlahir diparas tampannya.

Untuk beberapa saat Aisyah tertegun melihat pemandangan itu, seketika rasa takutnya hilang melihat senyuman Hanif. Menenangkan!

"Sekarang Aisyah nggak usah takut, karena ada Kakak disini."ujar Hanif, tulus. "Jangan nangis lagi, ya?"Aisyah mengangguk.

Kemudian Hanif menyodorkan sebuket bunga itu pada Aisyah.

Aisyah mengerjapkan matanya beberapa kali, ia termangu melihat bunga yang Hanif sodorkan padanya.

"Ambil."Hanif kembali menyodorkan bunga itu, agar Aisyah segera mengambilnya.

Aisyah mengambil alih bunga itu dari tangan Hanif.

Untuk beberapa saat hanya keheningan melingkupi keduanya. Entah kenapa keduanya jadi membisu.

Dan pada detik berikutnya Hanif menatap Aisyah dengan serius.
"Aisyah?"

Aisyah memindahkan tatapan dari bunga mawar putih itu, pada Hanif. Aisyah mengernyit heran saat Hanif menatap dengan tatapan tak biasa.

"Kenapa, kak?"

"Menikahlah dengan, Kakak?"pinta Hanif tanpa mengalihkan matanya, barang sedetikpun dari Aisyah.

Aisyah terbelak. Apakah Hanif sedang melamarnya?

"Menikahlah dengan Kakak. Maukan?"Hanif kembali berucap. Tak ada keraguan dari nada bicaranya saat melontarkan kalimat itu.

Air mata Aisyah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang