Penyesalan Hanif

6.6K 333 3
                                    

Berlin, Jerman

Setelah tak sadarkan diri hampir tiga jam, kini Aisyah sudah sadar. Namun Dokter belum memindahkan Aisyah ke bangsal sebab kondisi Aisyah masih belum stabil.

Fatma yang diberi kepercayaan oleh Dian untuk menjaga adiknya sampai Ia tiba, selalu berusaha untuk ada disisi keponakannya.

"Sayang, kalau butuh sesuatu bilang sama Tante."tangan Fatma terulur mengusap pipi Aisyah.

Aisyah mengangguk patuh sambil tersenyum. "makasih Tante udah mau Aisyah repotin."

"ssttt, jangan bilang seperti itu. Karena tante sama sekali tidak merasa direpotkan, justru tante senang sekali karena bisa merawat dan menjaga kamu."Fatma tak bisa menahan diri untuk tidak memeluk gadis ini.

"kamu sangat mirip sekali dengan Bunda kamu. Sampai membuat tante gak bisa nahan diri untuk memeluk kamu. Tante, sangat merindukan Bunda kamu, dan melihat kamu rasa rindu tante seolah terobati"ungkap Fatma. Dirinya memang sangat merindukan sosok Wina.

Aisyah tersenyum dalam pelukan Fatma. Yah, Aisyah tau jika wajahnya sangat mirip dengan mendiang Bundanya, jadi membuatnya merasa wajar saat mendengar ungkapan wanita yang diketahui adalah sepupu dari Bundanya.

"bahkan semua yang ada pada diri kamu, adalah copy-an Wina. Kalian benar-benar sangat mirip,"

Aisyah cukup terkejut dengan fakta itu. Benarkah dirinya semirip itu dengan Bundanya?

"bahkan tante gak menyangka suara kamu juga sama dengan Wina,"

"benarkah Aisyah semirip itu dengan Bunda?"

"iya, Nak. Kalian sangat mirip sekali, seperti tak ada celah yang membedakan diantara kalian."

"Aisyah, jadi ingin sekali bertemu dengan Bunda."

Fatma tersenyum pahit.

"berdoa yah, Nak. Semoga bunda kamu mendapat tempat terbaik disisi Allah, supaya kita bisa berkumpul bersama disurganya Allah."

"Aamiin,"

Hening, lengang.

"Aisyah, boleh nanya sesuatu ke tante?"

"of course"

"sewaktu Bunda masih ada apa tante dengan Bunda dekat?"

"sangat. Tante dan Bunda kamu itu sangat dekat gak hari yang terlewat tanpa bersama. Namun semua itu berubah setelah Bunda kamu memutuskan untuk pergi ke Indonesia."

Aisyah bisa menangkap raut sedih digurat wajah Fatma. Namun Ia memilih untuk tetap diam mendengar kelanjutan cerita tantenya.

"dulu tante sempat mencegah kepindahan bunda kamu ke Indonesia. Tapi bunda kamu juga tidak bisa menolak paksaan dari nenek kamu,"

"jadi Bunda dan Tante memang tidak tinggal di Indonesia?"

Fatma menggelengkan kepala.
"kami tinggal di Turki, karena Ayah tante dan kakek kamu memang asli orang Turki"

"apa Tante tau cerita gimana bisa Bunda bisa jadi adik angkatnya Ibu?"tanya Aisyah.

"untuk masalah itu Tante tidak terlalu tau. Tapi sebelum menikah dengan Ayah kamu, Bunda kamu pernah cerita."

Aisyah sangat tertarik dengan topik pembicaraan ini.

"Bunda, cerita?"

Fatma tersenyum melihat keantusiasan Aisyah lewat sorot matanya.

"sebelumnya Tante sudah bilangkan kalau kami itu tinggal di Turki?" Aisyah mengangguk."nah saat berusia 15 tahun, Kakek dan Nenek kamu bercerai jadi Bunda kamu ikut dengan Ibunya pindah ke Indonesia, dan Nenek kamu menikah lagi di Indonesia dengan pria berdarah Prancis bernama Erick. Otomatis Bunda kamu memiliki Ayah tiri. Awalnya Ayah tiri Bunda kamu itu sangat baik pada Bunda kamu, namun hari demi hari, dia mulai menunjukkan sifat aslinya, kalau Nenek kamu berpergian, Erick sering memukuli Bunda kamu, dan sampai pada satu waktu si Erick itu pulang kerumah dalam keadaan mabuk berat. Kebetulan juga Nenek kamu sedang ada pekerjaan di luar kota jadi hanya ada Bunda kamu dirumah." Fatma mengambil nafas sebelum melanjutkan ceritanya.

Air mata Aisyah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang