Penikmat Senja

5.6K 313 3
                                    

Sudah lebih dari satu bulan Aisyah terbaring diatas ranjang persakitan dalam keadaan koma, dan akhirnya wanita pemilik sorot mata teduh itu sudah bersandar dikepala ranjang.

"Aisyah?"Elisyah langsung merengkuh putrinya, deraian air mata sudah tercipta dipipinya.

"Ibu?"Balas Aisyah, lirih.

Elisyah benar-benar tak bisa menahan diri. Tangisnya tergugu saat mendengar suara putrinya. Ia pikir, jika ia sudah tak akan pernah lagi mendengar suara lembut itu memanggilnya.

"Ibu takut sekali kehilangan kamu, nak."ungkapnya,"Jangan tinggalkan Ibu, ya?"Melepas dekapannya, Elisyah menatap lamat wajah putrinya.

"Insya Allah, Aisyah nggak akan pernah meninggalkan Ibu."Senyum yang satu bulan lebih hilang diparas ayu-nya, kini telah kembali.

Elisyah membalas senyum itu, seraya berkata."Terima kasih karena telah kembali,"

"Seharusnya Aisyah yang mengatakan itu sama ibu."Aisyah menghapus sungai kecil yang menghiasi wajah sang Ibu.

"Terima kasih karena nggak pernah berhenti mendoakan Aisyah" Tambahnya.

Senyum Elisyah semakin lebar, diikuti dengan anggukan kecil.

Tak lupa Elisyah memberi kecupan didahi Aisyah, sebagai tanda jika ia sangat rindu.

"Dek?"

Suara berat itu mengalihkan pandangan Aisyah untuk menemukan pemilik suara yang sangat familiar.

"A––abang."Tak sempat Aisyah menyelesaikan ucapannya, tubuhnya kembali dipeluk namun dengan orang yang berbeda.

"Abang kangen banget sama kamu, dek."Adunya.

Deg

Abang? Benarkah, jika lelaki yang tengah memeluknya saat ini adalah Abangnya, Ian?. Orang yang selama ini Aisyah rindukan.

"Maafin Abang karena terlambat untuk nemuin kamu, sampai kamu harus mengalami semua ini, hiks," dekapan Dian semakin mengerat, sungguh ia sangat-sangat merindukan adiknya.

Lambat laun, tangan Aisyah terangkat dan membalas dekapan lelaki yang tak lain adalah abangnya sendiri.

Tanpa sadar Aisyah menitihkan air mata. Ternyata memang benar, pria ini adalah sang abang yang meninggalkannya sebelas tahun silam.

"Abang?"Tangis Aisyah pecah dalam dekapan Dian, percaya atau tidak wujud dari air mata itu adalah sebuah rasa bahagia yang tak bisa ia ungkapkan dengan kata.

Keduanya saling menumpahkan rasa rindu setelah sekian lama tak bertemu.

Rasa rindu yang setiap detik membuncah dalam dada Dian, saat ini terbayar lunas saat memeluk tubuh adiknya. Bahkan, saking rindunya Dian menghujami wajah adiknya dengan kecupan.

Dian tak perduli jika orang-orang yang melihat tingkahnya saat ini dan menanggapnya terlalu kekanakan. Sekali lagi Dian tegaskan, jika ia tak peduli dengan komentar orang tentang dirinya. Sebab yang ada dipikirannya saat ini, ia bahagia bisa memeluk adiknya lagi.

Dan Aisyah juga tak menolak dengan apa yang dilakukan abangnya. Karena ia sama halnya dengan yang dirasakan oleh Dian, ia juga rindu sekali pada sosok yang beberapa tahun silam selalu berusaha melindunginya.

Bagi Aisyah, Dian adalah Ayah kedua-nya.

"Jangan pergi lagi,"Pinta Aisyah seraya menatap kedua bola mata sang abang yang juga tengah menatapnya dengan binar bahagia.

Air mata Aisyah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang