Ingin Menyerah

5.9K 353 6
                                    

Hari ini Aisyah sudah kembali bekerja, karena keadaannya Ibunya sudah semakin membaik.

"Bu, Aisyah berangkat kerja dulu, ya?"izin Aisyah sambil menatap lekat wajah Ibunya yang sudah nampak fresh. "Ibu, baik-baik dirumah. Banyakin istirahat, jangan lupa obatnya diminum."tambah gadis itu.

Entah sudah yang keberapa kalinya Aisyah mengatakan hal yang sama.

"Iya, Nak. Kamu udah bilang kaya gitu sepuluh kali lho."Balas Elisyah sembari terkekeh pelan.

Aisyah menyengir.

"Yaudah Aisyah berangkat dulu, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."Elisyah menatap kepergian putrinya dengan mata berkaca-kaca.

"Maafin Ibu, Nak. Karena Ibu sudah nggak bisa mencari uang lagi, jadi kamu yang harus banting tulang mencari uang." gumam Elisyah. Bersamaan dengan itu cairan bening meluncur.

Sementara di kekediaman keluarga Bagaskara. Suara melengking Hefika yang memanggil putranya memenuhi setiap penjuru rumah.

"Hanif, ayo sarapan."teriak Hefika dibalik pintu kamar Hanif.

"Iya sebentar, Ma. Hanif siap-siap dulu, Mama ke bawah aja duluan." Jawab Hanif dari dalam kamar, tangannya sibuk mengenakan dasi.

"Yaudah Mama sama Papa tungguin kamu dibawah, ya?"Balas Hefika. "Jangan lama-lama."Lanjutnya sebelum benar-benar pergi.

Didalam kamar Hanif geleng-geleng kepala sambil terkekeh tampan.

"Mama, kalau udah ada dirumah kerjaannya teriak mulu."Hanif terkekeh geli.

Setelah pergi keluar negeri selama beberapa hari untuk menemani Hendra melakukan perjalanan kerja, kemarin pagi pasangan paruh baya itu sudah kembali.

Setelah merasa penampilannya sudah rapi, Hanif bergegas turun kebawah untuk sarapan bersama dengan kedua orang tuanya.

"Assalamualaikum. Selamat pagi, Ma,Pa."Sapa Hanif.

"Wa'alaikumsalam. Pagi juga, Nif." Balas keduanya. Hendra dan Hefika.

"Gimana udah siap hari ini ke kantor?"tanya Hendra pada Hanif,membuka perbincangan.

"InsyaAllah, Hanif siap."jawab Hanif yakin.

"Nah sebelum berangkat kerja, Papa sama Hanif harus sarapan dulu."ujar Hefika. "Biar tambah semangat kerjanya."lanjut wanita berdress abu-abu itu.

"Iya."balas Ayah dan anak itu, menanggapi Hefika.

Sarapan berlangsung dengan sangat khidmat.

"Papa, percaya kamu bisa memimpin perusahaan kita Hanif."kata Hendra menaruh kepercayaan yang besar pada putra satu-satunya ini. Bukan tanpa alasan ia berpikir seperti itu, karena selama ini ia sudah melihat bagaimana handalnya Hanif mengurus perusahaan yang ada di Jepang.

Tak tahu harus menjawab seperti apa, dan Hanif memilih tersenyum.

Ya, semalam Hanif sudah memutuskan untuk menggantikan posisi Papanya sebagai pemimpin utama di Bagaskara'Corp. Semua itu Hanif lakukan karena tak tega melihat Papanya harus pulang balik keluar negeri atau keluar kota hanya untuk mengurusi pekerjaan. Lagipula Hanif juga sudah solat istikharah untuk meminta petunjuk, dan ia semakin yakin untuk menggantikan Papanya.

Air mata Aisyah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang