Sepulang dari rumah sakit, Dian memboyong sang adik ke-kekediamannya, ia ingin Aisyah tinggal bersamanya sampai semua masalah ini selesai.
Jika Hanif memang benar mengkhianati adiknya, jangan harap Dian akan memberikan Hanif kesempatan kedua untuk memiliki Aisyah lagi. Karena bagi Dian itu adalah akses untuk kembali menorehkan luka dihati Aisyah, dan Dian tidak mau itu terjadi.
Dan sebaliknya jika Hanif memang tidak melakukan hal kotor itu, maka dengan tangan terbuka Dian akan menerima Hanif untuk menjemput Aisyah.
"Dek, susu yang abang buatin tadi udah kamu minum?"Tanya Dian dengan kepala menyembul dari balik pintu kamar.
"Udah, bang."Jawab Aisyah seraya memperlihatkan gelas yang sudah kosong.
Dian berdecak senang seraya mengacungkam jempol pada Aisyah, sebagai tanda 'Bagus'.
"Nanti biar abang buatin lagi, ya."Kini Dian sudah berjalan mendekati Aisyah yang tengah duduk ditengah-tengah ranjang sambil berkutat dengan pena dan buku.
Hal seperti ini menjadi kebiasaan Aisyah sejak kemarin. Dan yang membuat Dian kesal Aisyah tak mau memperlihatkannya apa yang tengah ia tulis.
"Abang gak terima penolakan,"Ucap Dian tegas, melihat gelagat Aisyah yang ingin menolaknya untuk membuatkan susu Ibu hamil.
Aisyah menghela nafas panjang. Jika sudah seperti ini tak ada yang bisa ia lakukan selain menuruti perkataan Dian.
Semenjak Aisyah hamil Dian menjadi sosok abang yang sangat protektif, ia tak membiarkan Aisyah melakukan hal apapun, bahkan untuk kekamar mandipun Dian akan menggendong Aisyah dan menunggu didepan pintu sampai Aisyah selesai.
Aisyah tak merasa heran, karena saat kakak iparnya hamilpun Dian juga segila ini.
Dan yang lebih menyebalkannya lagi sepulang dari rumah sakit bukannya merasa sedikit bebas, Aisyah merasa semakin terkurung karena Renata juga bersikap tak kalah protektif dari Dian.
Sepertinya kedua orang itu memang sudah janjian untuk melakukan hal seperti ini pada Aisyah.
Namun Aisyah mengambil sisi positifnya saja, ia tahu keduanya menyayanginya dan tak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya dan juga kandungnya.
"Nulis apa sih, dek? Perasaan dari kemarin nggak selesai-selesai, emang gak bosen?"Dian duduk disamping Aisyah dan merangkul posesif bahu Aisyah.
"Bukan apa-apa, cuman lagi pengin nulis aja. Lagi pula Aisyah bosen gak dibolehin ngapa-ngapain makanya Aisyah lampiaskan kenulis."Aisyah menyelipkan nada sindiran agar Dian mau membiarkannya melakukan sesuatu untuk mengisi kekosongannya.
Dian terlihat manggut-manggut mengerti. "Yaudah lanjut aja nulisnya."Kata Dian santai. Ia paham maksudnya ucapan Aisyah tapi ia berpura-pura tak mengerti saja.
Lagi-lagi Aisyah menghela nafas panjang. "Nanti aja Aisyah lanjutin, takut abang liat."Jawabnya.
"Gak papa kali. Abang, kan, juga penasaran."Seringai jahil tercetak diwajah Dian.
Buru-buru Aisyah memeluk buku bersampul hijau itu dengan erat melihat gerak-gerik mencurigakan dari Dian. "Gak boleh, bang. Ini rahasia,"Kata Aisyah tegas.
Seketika Dian cemberut.
"Pelit banget sama abang sendiri," Ujarnya dengan nada merajuk.Aisyah tertawa melihat wajah cemberut abangnya yang sedang kesal.
"Mbak sama Azka, kemana Bang? Kok suaranya gak ada kedengaran?"Tanya Aisyah usai tawanya reda.
"Lagi dikamar. Kenzo mau bobo jadi dikelonin sama Mamanya, apalah daya abang yang diusir sama Mbak kamu, katanya abang berisik, jadi Ken gak bisa bobo."Curhat Dian dengan wajah menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Air mata Aisyah [Selesai]
RomanceWarning!!! Banyak adegan UwU ⚠Awas Baper⚠ • • • • • Dia mempertemukan, Dia yang menyatukan, dan Dia juga pula yang memisahkan. Begini jalan takdir kita... • • • • • "Ya Allah, ampuni mata hamba yang telah menatap pria yang tidak pantas untuk hamba...