Dokter Ibrahim

5K 285 27
                                    

Dubai, UEA

Beberapa mobil mewah sudah terparkir cantik diparkiran salah satu rumah sakit terbesar yang ada di Dubai.

Diantara beberapa mobil itu, terlihat sekitar lima belas orang pria berpakaian serba hitam keluar.

Satu diantara pria-pria berpakaian hitam itu, membukakan salah satu pintu mobil penumpang. Selang beberapa detik keluarlah pria paruh baya.

Semua pria bersetelan hitam itu berbaris rapi dibelakang pria itu yang tak lain adalah Asdkhan.

Seorang yang paling kental dengan wajah bulenya, jalan disamping Asdkhan sambil berbincang serius. Hal itu terlihat dari raut wajah keduanya.

Saat memasuki rumah sakit itu, Asdkhan disambut hangat oleh direktur rumah sakit ini serta beberapa Dokter-Dokter ahli dibidangnya.

Direktur rumah sakit mempersilakan Asdkhan dan salah satu pengawalnya untuk masuk kedalam ruangannya.

Sementara pengawal-pengawal yang lain menunggu diluar.

"Ayah, apa kabar?"Tanya sang direktur yang diketahui bernama Abbas.

"Seperti yang kamu lihat. Ayah sehat, Alhamdulillah."

Sang direktur yang bernama Abbas itu tersenyum. Wajahnya terlihat berseri-seri sedari ia mendapat kabar jika hari ini seorang pria yang ia anggap seperti Ayahnya sendiri akan datang berkunjung kerumah sakitnya. Itulah adalah satu kehormatan bagi Abbas.

"Abbas, senang sekali dengan kedatangan Ayah kemari."Ungkapnya dengan senyum yang tak pernah luntur.

Mendengar ungkapan itu, Asdkhan tersenyum. "Ya, sudah lama sekali juga Ayah tidak berkunjung kesini lagi."Seingat Asdkhan terakhir kali ia datang ke Dubai sekitar dua tahun yang lalu. Dan jika bukan karena satu hal mungkin ia tidak akan kesini, jujur saja diusia senjanya ini, Asdkhan lebih suka menghabiskan waktu dirumah. Tapi demi sang cucu ia rela datang jauh-jauh dari Turki ke Dubai.

"Sebenarnya maksud kedatangan Ayah kesini bukan hanya sekadar berkunjung. Tapi Ayah memang ada keperluan dengan kamu,"Ujar Asdkhan.

Abbas menangkap raut sedih dari gurat pria setengah baya itu.
"Kalau boleh tahu ada apa? Kenapa Ayah terlihat sedih?"Tanya Abbas, sungkan.

Sebelum mengungkapkan hal lain atas kedatangannya, Asdkhan mengambil nafas dalam. "Kamu tahu, kan, kalau Aisyah memiliki seorang putri?"Tanya Asdkhan, sebelumnya Asdkhan memang pernah bercerita pada Abbas perihal anak dari putri semata wayangnya, Wina.

Abbas mengangguk. "Ada apa dengan putrinya Aisyah?"Tanya Abbas penasaran.

"Putrinya Aisyah menderita penyakit aneh, dan saat ini cucu Ayah itu sedang menjalani kemoterapi karena juga menderita kanker darah stadium lanjut. Dokter di Turki sudah mengatakan jika menjalani kemoterapi besar kemungkinan dari efek kemoterapi itu akan mempercepat serangan-serangan dari penyakit aneh ini, contohnya seperti stroke. Tapi kami tidak punya pilihan lain, selain mengikuti menyetujui untuk menjalani kemoterapi. Setidaknya itu bisa mengurangi rasa sakitnya."Jelas Asdkhan panjang lebar. Sesak rasanya mengingat penderitaan cucunya.

"Dan Ayah bermaksud meminta bantuan kamu. Ayah tahu kamu Dokter yang hebat, Ayah sangat berharap kamu mau membantu Ayah. Ayah tidak ingin kehilangan orang yang, Ayah sayangi lagi. Saat ini hanya dia satu-satunya yang Ayah miliki. Ayah tidak ingin kehilangan sosok Aisyah untuk yang kedua kalinya." Asdkhan menaruh harapan besar pada Abbas.

"Maksud Ayah?"Abbas tidak mengerti saat Asdkhan mengatakan tidak ingin kehilangan sosok Aisyah untuk yang kedua kalinya.

"Namanya juga Aisyah. Jika kamu melihatnya, kamu akan merasa seperti melihat Aisyah Winara." Seperti yang dirinya rasakan ketika melihat cucunya itu. Ia seperti melihat putrinya yang sudah lama pergi dari dunia ini.

Air mata Aisyah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang