I Love You Istriku

5.2K 273 5
                                    


Hanif dan Aisyah baru saja pulang dari rumah sakit, usai mengecekkan kesehatan Aisyah sekaligus mengikuti terapi khusus.

"Assalamualaikum,"Ucap pasangan tersebut, bersamaan.

"Wa'alaikumsalam."Jawab yang lainnya.

Hanif mendorong kursi roda Aisyah untuk ikut bergabung bersama keluarga mereka.

"Gimana hasilnya?"Tanya Dian sesaat setelah Hanif duduk disampingnya.

"Seperti biasa, tidak ada yang berubah."Bukan Hanif yang menjawab melainkan Aisyah sendiri.

Semua pasang mata yang ada diruangan itu menatap Aisyah dengan tatapan iba.

Hanif meraih tangan sang istri lalu mengenggamnya, berusaha menyalurkan kekuatan agar Aisyah tak putus asa.

Meski dirinya juga ikut terpukul mendengar penjelasan Dokter bahwa tak ada yang berubah dengan kondisi Aisyah meski menjalani kemoterapi.

Dian berlutut dihadapan Aisyah dengan wajah memelas. "Dek, izinkan Abang untuk donorin tulang sum-sum, abang buat kamu."Dian tak kuasa melihat kondisi adiknya yang terus menerus seperti ini.

Aisyah tersenyum lalu memeluk Dian, dan menjawab. "Gak usah, Bang. Aisyah gak papa,"

Dian mendesah kecewa, lagi-lagi Aisyah menolak niat baiknya itu.

Penolakan Aisyah berawal dari saat tak sengaja mendengar pembicaraan keluarganya tak terkecuali Hanif, mengenai hasil tes tulang sum-sum Dian yang cocok untuk didonorkan pada Aisyah. Namun pendonoran itu tak akan membawa pengaruh besar bagi kesembuhan Aisyah, sebab kanker darah Aisyah sudah mulai menyebar ke-organ tubuhnya yang lain. Akan tetapi Dian tetap ingin mendonorkan tulang sum-sumnya untuk sang adik.

Aisyah tak bisa menapik jika ia sangat terharu dengan pengorbanan Dian untuk kesembuhannya. Bersyukur sekali karena memiliki Abang yang sangat menyayanginya. Akan tetapi hal itu tak membuat Aisyah menerima kebaikan Dian, toh bagaimanapun juga pendonoran itu tak akan berpengaruh untuk kesembuhannya. Bukannya putus asa, Aisyah tak ingin lebih banyak lagi merepotkan Dian, ia sudah menerima dengan lapang dada apapun yang menimpanya.

Saat itulah Aisyah selalu menolak ketika Dian atau siapapun meminta untuk menerima donor yang ingin Dian berikan.

Aisyah mengurai pelukannya. "Aisyah masih kuat, tidak usah merasa khawatir."Ucapnya sambil tersenyum.

Tapi tetap saja ucapan Aisyah, tak lantas membuat keluarganya merasa tenang.

"Terus gimana sama terapinya?" Tanya Renata mengubah topik pembicaraan.

Terpancar senyum bahagia diwajah Aisyah dan Hanif. "Alhamdulillah, terapinya lancar."Jawab Aisyah. "Aisyah sudah bisa menggerakkan kakinya lagi, bahkan bisa berjalan beberapa langkah meski masih agak sulit. Tapi itu sudah cukup lebih baik" Hanif menambahkan, sorot matanya menunjukkan jika ia senang dengan kemajuan Aisyah.

"Alhamdulillah,"Seru yang lain bersamaan. "Itu adalah kabar yang sangat baik."

Sungguh kabar itu adalah, kabar yang sangat baik. Setidaknya mereka memiliki harapan jika Aisyah bisa kembali berjalan seperti dulu lagi.

"Kata Dokter Abbas, Insya Allah, dalam beberapa bulan kedepan Aisyah bisa segera berjalan kalau rutin menjalani terapi ini."Ungkap Hanif.

Sudah satu minggu Abbas-lah yang mengambil alih menjadi Dokter pribadi Aisyah. Sedangkan Ibrahim sudah kembali ke Dubai, karena memang pada awalnya Ibrahim hanya menggantikan tugas sang Abi sementara waktu sebagai Dokter untuk Aisyah.

Air mata Aisyah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang