Pelukan Ayah

4.6K 281 24
                                    


Aisyah mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya lampu yang menyapanya begitu membuka mata.

Ah, Aisyah teringat semalam ia memang lupa untuk mematikan lampu terlebih dulu dikarenakan kantuk yang menyerang.

Aisyah bangkit, untuk duduk seraya memperbaiki letak kerudungnya yang agak berantakan.

Suara dentik jarum jam, mengambil alih perhatian wanita itu. Terlihat disana pukul dua lewat delapan belas menit dini hari.

Tak heran Aisyah terbangun ditengah malam seperti ini, karena sudah menjadi kebiasaannya bangun diwaktu-waktu seperti sekarang, karena setiap malam ia memang selalu melaksanakan solat tahajjud.

Aisyah kembali melirik lelaki yang masih terlelap disamping kanannya.

Cukup lama Aisyah berperang batin, apakah ia harus membangunkan suaminya atau tidak?

Jika tidak dibangunkan pasti Hanif akan menyesal sepanjang hari karena melewatkan kesempatan untuk menemui pencipta langit dan bumi.

Tapi jika dibangunkan, ia harus bersikap seperti apa? Kejadian semalam masih terus bergelantungan dikepalanya.

Setelah mengumpulkan segala keberanian di dalam diri, Aisyah membangunkan suaminya.

"Kak?"Panggilnya dengan suara rendah.

Hanif bergeming.

"Kak Hanif, bangun."Suaranya kali tak serendah tadi.

Lagi. Hanif masih tak terusik.

Akhirnya Aisyah memberanikan diri untuk menepuk-nepuk pelan pipi Hanif, sambil berkata. "Kak Hanif, bangun solat tahajjud, yuk."

Hanif menggeliat karena tidurnya terusik.

Kelopak matanya mulai terbuka sempurna, hal pertama yang Hanif lihat adalah wajah menenangkan bidadari hatinya.

Detik selanjutnya senyum hangat tercetak diwajah tampannya.

Meski ragu Aisyah mengangkat kedua sudut bibirnya untuk membalas senyuman sang suami.

"Mau tahajjud bareng?"Aisyah memberikan diri untuk bertanya.

Langsung saja Hanif mengangguk semangat. Mana mungkin ia menolak untuk menjadi imam dalam solat sunnah Aisyah.

Keduanya memang jarang sekali solat berjamaah saat solat wajib, karena Hanif lebih sering berjamaah dimasjid. Bukankah, lelaki diwajibkan solat fardhu berjamaah dimasjid?

Maka dari itu kesempatan seperti ini tak akan mungkin Hanif lewatkan.

Usai merenggangkan badannya, Hanif bangkit lalu berjalan kesisi lain ranjang dan berhenti tepat disamping Aisyah.

"Sini kakak bantu,"Tanpa menunggu persetujuan Aisyah, Hanif langsung saja menggendong bidadarinya dan mendudukkannya dikursi roda.

"Mau langsung ambil wudhu?"Tanya Hanif yang dibalas gelengan dari Aisyah.

"Kakak duluan aja, Aisyah mau siapin baju sama sarung dulu buat kakak." Jawab Aisyah.

"Yaudah kakak duluan,"Aisyah tersenyum menanggapi.

Lalu Aisyah mulai mengambilkan segala keperluan suaminya. Ini pertama kalinya semenjak mereka menikah, Aisyah yang menyiapkan segala keperluan Hanif. Karena biasanya Haniflah yang menyiapkan keperluannya.

Aneh, memang. Tapi itulah yang terjadi pada pasangan ini. Tetapi Hanif tak pernah mempermasalahkan hal-hal yang menurutnya sepele. Karena ia menikahi Aisyah bukan dijadikan sebagai seorang yang bisa ia suruh untuk melakukan ini-itu. Akan tetapi seseorang yang membersamainya menggapai ridho sang illahi.

Air mata Aisyah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang