Ibu Sudah Sadar

6.5K 362 3
                                    


Juli 2007

Seorang pria tengah memukuli putrinya menggunakan ikat pinggangnya. Pria itu adalah Farsyah Isma dan gadis yang sedang ia pukuli adalah Aisyah.
Terdengar isak tangis dari bibir mungil Aisyah, Aisyah yang saat itu masih berusia delapan tahun harus menerima siksaan dari sang Ayah.

"Hiks."IsakanAisyah terdengar amat memilukan namun tak membuat hati Farsyah tersentuh agar menghentikan siksaannya.

"Ay...ayah badan Ais...yah sa..kit, hiks." Rintih Aisyah.

Alih-alih merasa iba, Farsyah semakin gencar menyiksa Aisyah, bahkan ia tak segan menendang tubuh mungil itu hingga membentur dinding.

"Argh."Jerit Aisyah kala dahinya membentur benda tumpul hingga tampak darah yang mengucur.

"Mas, buka pintunya."Dibalik pintu suara Elisyah terdengar. "Aisyah nggak salah, Mas. Tolong jangan siksa Aisyah terus, hiks."Lanjut Elisyah terisak. Wanita itu sudah tak bisa membayangkan kondisi putrinya didalam sana.

Farsyah sama sekali tak mengindahkan ucapan istrinya. Ia berlagak tuli.

"Ayah, pintunya. Jangan siksa adiknya Ian terus, Ian mohon. Aisyah nggak salah, Yah. Ian, yang salah, jadi hukum aja Ian, jangan Aisyah. Ian mohon."Lagi-lagi Farsyah tak menghiraukan teriakan yang kini datangnya dari Ian.

"Dasar anak pembawa sial."Umpat Farsyah, tidak ada sedikit pun rasa iba dihati Farsyah melihat gadis kecil itu.
"Seharusnya kamu tidak ada di dunia ini. Saya menyesal karena tidak membunuh kamu sejak didalam perut Ibumu."Ucap Farsyah dengan sorot kebencian.

Disisi lain Aisyah dengan sisa-sisa tenaganya mencoba meraih tangan sang Ayah yang selama ini digunakan untuk menyiksanya.

"Ayah, Aisyah min..ta maaf."Ujar Aisyah susah payah.

Farsyah menyentakkan tangan Aisyah dengan kasar. Raut wajahnya nampak jijik saat Aisyah menyentuhnya.

"Jangan panggil saya dengan sebutan 'Ayah', karena saya tidak sudi memiliki anak pembawa sial seperti kamu!" Tukas Farsyah.

Mendengar hal seperti itu Aisyah terisak. Anak mana yang tidak sakit hati saat mendengar Ayahnya sendiri tak ingin mengakuinya sebagai anak. Bahkan luka-luka difisiknya tak sebanding dengan luka dihatinya karena ucapan sang Ayah.

"Ayah?"

Plak. Satu tamparan mendarat dipipi Aisyah. "Saya bilang jangan panggil saya Ayah! Saya tidak sudi punya anak seperti kamu, saya jijik. Enyahlah kamu dari hadapan saya. Kamu lebih baik mati, saya benci melihat kamu." Teriak Farsyah. Satu tangannya sudah bersiap memegang ikat pinggang dan akan ia pukulkan pada Aisyah sampai terdengar suara lembut yang membuatnya mengurungkan niatnya.

"Ayah?"

Alesyah. Gumam Farsyah. Ia sangat mengenali suara itu, itu suara putrinya.

"Ayah, bukain pintunya. Ale kangen sama Ayah, Ale mau peluk Ayah." Ucap Alesyah dibalik pintu.

Tanpa kata Farsyah langsung membuang ikat pinggangnya dan bergegas untuk menemui putrinya.

Wajahnya yang semula mengeras langsung melembut saat menatap putri cantiknya.

Air mata Aisyah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang