Plak
Satu tamparan melayang dengan mulus diwajah putih bersih milik Hanif, hingga meninggalkan bekas kemerahan berbentuk telapak tangan dipipinya.
Hefika mundur beberapa langkah saking terkejutnya melihat sang suami melayangkan tamparan untuk pertama kalinya pada putra mereka.
Sementara Hanif hanya diam menerima apapun yang ingin Papanya berikan. Ia tahu hal seperti ini akan terjadi untuk itu saat didalam pesawat ia memang sudah mempersiapkan diri untuk menerima amukan Papanya.
"Kemana saja kamu, hah?!"Bentak Hendra, wajahnya terlihat sangat merah akibat marah.
Tak ada sahutan dari Hanif.
"Sudah puas senang-senangnya?"
Hanif tetap diam.
"Kamu sudah dapat yang baru?"
Hanif masih enggan buka suara.
"Kamu sudah bosan bersama Aisyah?"
Tanya Hendra dengan suara yang masih sama tingginya seperti sebelumnya."Enggak, Pa. Hanif gak pernah bosan bersama Aisyah, Hanif mencintai Aisyah."Jawab Hanif cepat. Sampai maut memisahkan hatinya tetap tak akan berpaling dari Aisyah.
Hendra berdecih.
"Lalu kemana aja kamu?!"Tanya Hendra geram.Hanif kembali bungkam. Rasa bersalah memenuhi rongga dadanya.
"Papa tidak pernah mengajarkan kamu untuk menjadi pembohong, Hanif! Kamu bilang ingin segera pulang karena merindukan istri kamu, tapi kenapa kamu baru ada sekarang?! Apa kamu punya istri selain Aisyah, hah?!"Semprot Hendra yang tak bisa menutupi kekecewaannya.
"Gak gitu, Pa. Papa, kan, tahu sendiri Hanif cuman cinta sama Aisyah. Cuman Aisyah istri, Hanif."Bantah Hanif tegas
"Lalu siapa wanita ini, hah?!"Bentak Hendra lagi seraya melemparkan beberapa lembar foto kewajah Hanif.
Hanif berjongkok untuk memungut foto yang baru saja Papanya lemparkan padanya.
Tubuh Hanif menegang, dengan susah payah ia menelan saliva, dan wajahnya-pun berubah pias.
"Jelaskan siapa wanita itu. Sebelum kamu menjelaskan foto itu, jangan harap Papa akan membiarkan kamu untuk menemui Aisyah. Dan ingat satu hal kamu bukan hanya menjelaskan pada Papa tapi pada Dian juga."
Hendra benar-benar sudah naik pitam, melihat foto-foto Hanif bersama seorang wanita didalam sebuah kamar hotel dengan keadaan terlelap dibawa satu selimut. Siapapun pasti akan berpikir hal buruk jika melihat foto ini, termasuk dirinya. Meski mereka tak melakukan apa-apa, tapi tetap saja foto ini gambar yang tidak senonoh.
Foto itu ia dapatkan dari sebuah paket yang ia terima ketika diluar kota. Betapa terkejutnya kala melihat isi dari paket yang pengirimnya tidak ia ketahui.
Awalnya ia masih bisa berpikir jernih jika Hanif tidak mungkin tidur bersama wanita lain saat bersama Aisyah, terlebih Hanif bukan tipe lelaki bejat seperti itu. Namun pikiran jernih itu sirna seketika kala mendapat telefon dari Aisyah, kebetulan saat itu ia memang ingin menghubungi Aisyah karena ingin memastikan jika Hanif ada bersama menantunya itu. Dan ternyata maksud Aisyah menelfonnya ingin menanyakan kabar sang suami.
Ketika itulah emosinya terbakar, apalagi mendapat kabar jika Aisyah masuk rumah sakit. Ia sudah yakin betul jika Aisyah terlalu mencemaskan suaminya yang tiba-tiba tak ada kabar.
"Pa, Papa tenang dulu. Biarkan Hanif beristirahat sebentar, dia pasti lelah." Kata Hefika berusaha menenangkan sang suami. Jujur saja ia juga takut untuk mengajak Hendra berbicara saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Air mata Aisyah [Selesai]
RomanceWarning!!! Banyak adegan UwU ⚠Awas Baper⚠ • • • • • Dia mempertemukan, Dia yang menyatukan, dan Dia juga pula yang memisahkan. Begini jalan takdir kita... • • • • • "Ya Allah, ampuni mata hamba yang telah menatap pria yang tidak pantas untuk hamba...