Hanif Menghilang

4.8K 294 24
                                    

Istanbul, Turki

Hari bergulir begitu dengan sangat cepat, tepat sudah satu bulan Aisyah meninggalkan tanah air tercinta, Indonesia.

Rindu, sudah pasti. Seindah-indahnya Turki, namun tetap saja Aisyah masih lebih nyaman berada di tanah kelahirannya sendiri.

Cuaca malam ini sangat dingin, hingga menusuk sampai ke tulang sum-sum. Tapi tak membuat Aisyah mengurungkan niatnya untuk menikmati indahnya pemandangan kota Istanbul dibalkon kamar.

Aisyah mendongkak, memandangi bulan berbentuk sabit dan ditemani bintang-bintang yang terlihat berkelap-kelip.

Sapuan lembut angin malam menerpa wajah Aisyah, membuat kedua sudut bibir gadis itu terangkat menciptakan senyum yang sangat indah.

Aisyah memejamkan matanya, untuk menikmati semilir angin yang berhembus dengan lembut.

Sekilas, senyuman, tatapan, suara, perilaku, dan perhatian seorang Hanif melintas begitu saja dikepala Aisyah.

Sudah cukup lama rasanya Aisyah tak melihat sosok itu lagi. Jangankan untuk melihat Hanif, kabarnya saja tak pernah Aisyah dengar lagi.

Jauh dilubuk hati Aisyah yang paling dalam, sering kali terbesit untuk menemui dan menjelaskan semua kesalahpahaman yang ada diantaranya dengan Hanif.

Itu adalah salah satu dari banyaknya hal yang ingin Aisyah lakukan.

"Aisyah, tidur gih udah malem loh."

"Biar kakak aja yang jagain Ibu. Sekarang Aisyah istirahat aja."

"Istirahat, Syah."

Dengan mata terpejam Aisyah tak bisa menyembunyikan senyumnya saat suara lembut Hanif kembali tergiang-ngiang ditelinganya.

Aisyah tak bisa membohongi dirinya sendiri, jika ia sangat merindukan suara itu.

Ia ingin kembali berbincang ringan seperti dulu lagi dengan Hanif.

Masih adakah kesempatan baginya untuk kembali mengulang semua hal yang pernah ia lewatkan bersama Hanif.

Tanpa disadari Aisyah ingin menghabiskan waktunya sedikit lebih banyak lagi bersama Hanif.

Kepolosannya terhadap cinta, membuatnya belum sadar jika perasaan aneh yang selama ia rasakan saat bersama Hanif adalah cinta.

Dan saat berada disituasi seperti ini masih belum mampu membuat Aisyah sadar akan perasaannya sendiri.

Namun yang jelas, ia ingin bertemu dan melihat senyum hangat Hanif lagi.

Tapi ia bingung memikirkan caranya. Ini bukan hanya tentang jarak dan waktu, tapi ada begitu banyak rintangan yang harus dilewati walau hanya, sekadar untuk menguraikan masalah yang ada.

Yang saat ini bisa Aisyah lakukan hanya-lah berdoa.

Saat ini Hanif yang berjuang ingin menemui dan melindungi Aisyah. Sementara Aisyah tak pernah berhenti memanjatkan doa agar bisa kembali bertemu.

Satu berjuang dan satunya lagi berdoa, perpaduan yang sangat cocok.

Keduanya sudah mengambil tugas masing-masing, hanya tinggal Allah yang menjadi penentu apakah keduanya berujung bersatu dalam satu ikatan halal atau hanya sekedar dipertemukan saja.

Yang terpenting mereka sudah berikhtiar, biarlah tangan Allah yang bermain untuk kisah cinta keduanya.

Yang terpenting mereka sudah berikhtiar, biarlah tangan Allah yang bermain untuk kisah cinta keduanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Air mata Aisyah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang