Koma

5.7K 334 3
                                    


"Ma? Mama?"teriak Alesyah saat kaki jenjangnya memasuki rumah.

"Mama?"teriaknya lagi. Raut ketakutan tak bisa disembunyikan dari paras cantiknya.

Seorang wanita dengan pakaian elegantnya keluar dari kamar utama, dan segera menghampiri Alesyah.

"Ada apa sih, Al? Pulang kok teriak-teriak gitu?"Tanya Melly-- Mamanya Alesyah.

Tak menjawab pertanyaan sang Mama. Alesyah langsung menghambur pelukan sambil terisak.

"Ya ampun, sayang. Kok nangis sih?" raut cemas melihat putri kesayangannya menangis nampak jelas dari gurat wajah wanita empat puluh tahun itu.

Tak ada tanggapan dari Alesyah.

Melly menuntun putrinya untuk duduk disofa tanpa melepaskan pelukannya.

"Bibi, ambilkan air putih."pinta Melly setengah berteriak.

Selang beberapa saat wanita paruh baya datang dengan nampan yang membawa segelas air putih ditangannya.

"Ini, Nya."kata wanita paruh baya itu sopan.

Melly mengambil air itu lalu meminumkannya pada Alesyah.

Setelah minum Alesyah mulai tenang. Barulah Melly bertanya. "Sekarang cerita sama Mama. Kenapa anak kesayangan Mama nangis kaya gini, hm?"tangan Melly tak tinggal diam untuk memberikan usapan lembut dipunggung putrinya.

Menatap Mamanya mata Alesyah kembali berkaca-kaca dan tak butuh waktu lama ia kembali terisak.

"Ale--hiks--takut--hiks."ucap Alesyah.

Melly mengernyit bingung.
"Taku apa, sayang? Cerita sama Mama,"

Bukannya menjawab tangis Alesyah semakin menjadi, menambah lipatan didahi Melly, menandakan jika wanita itu benar-benar bingung dengan sikap aneh putrinya itu.

"Ssttt. Sayang jangan nangis terus dong, nanti cantiknya ilang lho." hibur Melly seolah Alesyah adalah gadis kecil.

Seketika wajah Alesyah berganti menjadi cemberut. Membuat Melly terkekeh melihatnya.

"Ih, Mama jangan ketawa gitu dong." sungut Alesyah.

"Lah masa Mama dilarang ketawa sih? Jadi Mama harus nangis kaya kamu gitu?"ada nada menggoda dibalik ucapan Melly.

"Ih, Mama jangan ledekin Alesyah deh."rengek wanita dua puluh dua tahun itu.

Melly hanya terkekeh. Tangannya kembali bergerak menyapu surai rambut panjang Alesyah.

Alesyah pun menikmati sentuhan tangan Mamanya, ia memejamkan mata. Nyaman.

"Udah mau cerita?"tawar Melly lembut.

Alesyah membuka matanya kembali dan langsung bersitatap dengan Mamanya. Ada keraguan dari sorot mata gadis muda itu.

"Tapi Mama harus janji nggak boleh marah ke Ale setelah Ale cerita?"pinta Alesyah.

Melly mengernyit.
"Gimana ya?"Melly nampak mempertimbangkan permintaan dari putri semata wayangnya.

"Ih, Mama kok gitu sih? Yaudah deh Ale nggak jadi cerita,"

Buru-buru Melly menyela.
"Eh jangan gitu dong. Iya, iya Mama nggak akan marah."

"Beneran?"

"Iya, Alesyah. Cepetan cerita Mama penasaran,"

Alesyah menghela nafas lega, namun begitu hatinya tetap tak tenang. Itu jelas terlihat dari wajahnya yang tetap murung.

Dan akhirnya mengalir cerita dari bibir Alesyah sendiri. Apa yang telah ia alami hari ini terus menghantui dirinya sehingga membuatnya merasa takut.

Air mata Aisyah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang