Satu

535 59 39
                                    

Jika perasaan suka datang dahulu

Sebelum cinta datang menggebu

Lalu apakah benar jika suka sebelum cinta?

Ataukah cinta sebelum suka?

***

Anne masih menggenggam pulpen hitam yang sedari tadi bergerak di atas selembar kertas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Anne masih menggenggam pulpen hitam yang sedari tadi bergerak di atas selembar kertas. Sesekali Ia membuka lembaran diktat yang tebalnya dapat digunakan sebagai pengganti bantal. Pikirannya fokus pada kalimat per-kalimat yang tercetak rapi di dalam diktat tersebut dan kedua mata bulatnya terpaku tak berpaling sedikitpun.

"Anne, bagaimana sudah kamu selesaikan laporan praktikummu?" Sebuah suara yang tidak asing terdengar di telinga Anne. "Sebentar, aku masih harus menulis beberapa kata lagi untuk BAB 2-ku," jawab Anne tanpa menoleh.

"Kalau begitu aku tunggu di foodcourt ya. Aku sudah lapar dan hampir pingsan menunggumu," kata Erika si pemilik suara yang tak asing itu.

"Ya-ya. Sana, jangan menggangguku. Setelah ini selesai, aku akan segera menyusulmu," ucap Anne dengan mengibaskan tangan kirinya.

Anne merutuki dirinya sendiri, "Ah ini semua karena Papa. Aku harus menulis sebanyak ini. Aku lelah," gumamnya.

Mengenyam pendidikan tinggi memang cita-cita Anne, namun memilih departemen ini sepertinya bukan pilihan yang tepat. Ia sudah mencoba mengikuti tes ulang agar dapat memilih jurusan kuliah yang diinginkan, tetapi gagal. Mungkin Tuhan benar-benar menakdirkan Anne menimba ilmu di tempat pilihan Pak Fredy.

"Akhirnya selesai." Anne menutup ujung pulpen dan segera merapikan kertas yang berserakan di meja. Setelah membereskan buku dan alat tulisnya, Ia berlari kecil menuju foodcourt untuk menyusul Erika.

"Astaga tanganku seakan mati rasa, Rik," kata Anne sambil meletakkan tas. "Hahaha, kata senior ini belum seberapa, An. Semester selanjutnya akan lebih menguras tenaga," ucap Erika terkekeh.

"Cepatlah makan, limabelas menit lagi praktikum dimulai. Kita harus segera datang ke laboratorium," kata Erika lagi sambil menatap wajah Anne yang kelelahan.

Anne menyatukan alis, mulutnya meniup poni yang menutupi dahi. "Kapan ini berakhiiiir ...." Anne membenturkan dahinya ke meja pelan.

***

Enam meja keramik putih yang panjang berjejer secara vertikal. Erlenmeyer, gelas ukur, labu ukur, buret dan alat lain telah berbaris menunggu untuk disentuh. 

FRIENDSHIP or RELATIONSHIP [TAMAT ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang