Bagian 20

10.3K 887 65
                                    

Malam ini cuma ada langit gelap tanpa ada titik-titik bercahaya seperti biasanya. Udara semakin dingin mengingat sebentar lagi akan menginjak jam 9 malam. Irene mengeratkan dekapan tangannya sendiri pada tubuhnya. Berdiri seorang diri dibalkon kamarnya hanya menggunakan baju tidur tanpa lengan.

Awalnya dia pikir semuanya akan mudah, anak-anak dari suaminya yang sekarang telah menjadi anaknya juga, mau menerima kehadirannya tapi, sepertinya Irene harus lebih bisa untuk bersabar.

Irene berjengit ketika sebuah tangan besar melingkar diperutnya. Kepalanya menengok kebelakang dan mendapati suaminya tengah menatapnya lembut.

"Kok berdiri disini sih?"

"Ga boleh emang?", tanya Irene balik.

"Dingin, sayangku cintaku kasihku..."

"Udah ga kok, kan udah dipeluk sama kamu..."

"Ey!", sahut Sehun tersenyum karena mendapat gombalan dari Irene.

Sehun semakin mengeratkan pelukannya. Menempelkan pipi kirinya pada pelipis Irene. Matanya mengerjap perlahan melirik kearah wajah Irene.
"Kamu udah ngelakuin yang terbaik, sayang! Jangan terlalu dibikin beban ya? Kamu ga sendiri, ada aku!", bisik Sehun menghibur Irene yang memang tengah sibuk memikirkan ketiga anak-anaknya.

Irene tersenyum samar, lengan Sehun yang berada didepan perutnya dia elus perlahan.

"Sekarang kita tidur...", ujar Sehun melepaskan pelukannya, meraih tangan Irene menggandengnya masuk kedalam kamar.

Pintu balkon ditutup oleh Sehun setelah keduanya masuk. Tangan mereka tetap bergandengan sampai terduduk ditepian ranjang. Sebelum naik keatas ranjang, Sehun menatap lembut bare face Irene.

Cup.

Ciuman singkat itu Sehun lakukan agar Irene mau sedikit melupakan hal-hal yang seharusnya tidak terlalu wanita itu pikirkan. Sehun benar-benar tidak bisa tahan melihat wajah murung yang Irene tunjukkan akhir-akhir ini.
"Time to sleep!"

"Hun...", panggil Irene lirih menarik kaos polos yang tengah menempel pada tubuh Sehun.

"Hmm?"

Sejurus kemudian Irene telah melingkarkan lengannya, memeluk Sehun. Ia benamkan wajahnya pada dada bidang Sehun.

Memejamkan matanya, Sehun membalas pelukan Irene. Membawa separuh jiwanya itu lebih tenggelam pada rengkuhannya.

"Aku sayang kalian...", lirih Irene usai mendongak menempelkan dagunya pada pundak Sehun.

"Ya, sayang. Aku tau!"

Irene melonggarkan pelukannya hingga terlepas. Perasaannya sedikit lebih baik. Mata bulatnya terarah lurus pada mata Sehun. Menatap wajah rupawan itu dengan berbinar.

Sehun menghembuskan nafasnya dalam, memejamkan matanya, sama sekali tidak tahan melihat tatapan mata milik Irene yang bagaikan seekor anak kucing itu. Sehun tersenyum kecil.

Kedua tangan Irene terulur menggapai kedua pundak Sehun, sepasang matanya belum lepas dari manik Sehun. Beberapa detik berlalu, Ia telah mengalungkan tangannya pada leher Sehun. Gerakan selanjutnya sedikit mampu membuat Sehun bungkam manakala ketika Irene menarik tengkuknya dan pagutan itu kembali terjadi.

Sehun merasakan benda kenyal favoritnya itu menyapu bibirnya. Tidak biasanya Irene yang memulai. Sehun menyeringai, melepaskan pagutan itu sesaat.
"Hey ada apa ini?"

Yang dilakukan Irene hanya mengerjap lucu, menggeleng kemudian, "Cuma mau nyium aja. Ga boleh?"

"Cuma mau cium aja?", tanya Sehun balik dengan nada menggoda.

𝙎𝙩𝙚𝙥𝙢𝙤𝙩𝙝𝙚𝙧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang