Bagian 64

6.3K 492 37
                                    

Atas permintaan Daniel, Yeji mencoba untuk menghubungi Seulgi lagi. Karena sebelumnya panggilan-panggilan yang Yeji buat hanya diabaikan oleh Seulgi. Wanita itu sudah tidak pulang selama 2 hari. Tentu saja dengan kondisi psikis yang seperti itu keluarga mana yang tidak khawatir?

Yeji, gadis itu masih menangis dalam pelukan adiknya, Dohyon. Setelah meminta Daniel untuk datang, Ia menceritakan tentang kondisi jiwa sang Mama yang kembali terguncang.

"Mamanya Hyunjin?", gumam Daniel. Mengapa nama anak laki-laki yang disebut Seulgi persis dengan nama anak Sehun? Apa cuma mirip?

Tapi, dugaan cuma mirip itu terbantah karena tak lama pria bermata sipit itu mendapatkan kabar bahwa isteri temannya menjadi korban penculikan dan sekarang tengah dicari polisi. Apa itu artinya...?

Daniel segera menghubungi Sehun. Ada sesuatu yang tidak Ia ketahui dan tidak beres disini!

"Jagain Kakakmu ya? Om mau pergi. Semoga ga terjadi sesuatu yang buruk sama Mama kalian..."

Dan benar, Mama Hyunjin yang Yeji sebutkan adalah Irene, isteri dari Sehun.

Tak lama mereka telah menemukan gedung kosong yang Seulgi maksudkan disini. Hari sudah menjelang malam. Gedung itu adalah bangunan yang belum jadi, masih banyak material-material bahan bangunan yang ada banyak disekitar gedung itu. Sehun beserta ketiga anaknya yang memaksa untuk ikut, Daniel bersama seorang petugas medis kejiwaan dan 3 mobil polisi telah tiba.

Sebelum masuk ternyata kedua anak Seulgi juga datang menyusul.

"Om!"

Daniel menoleh, begitu juga Sehun dan anak-anaknya.

Sepasang mata Yeji melirik Hyunjin takut-takut, setelah ini Ia sudah bersiap-siap untuk dibenci oleh cowok itu.

Sama seperti kakaknya, Dohyon juga sedikit curi-curi pandang kearah Wonyoung. Ia berpikir gadis yang Ia suka itu pasti sebentar lagi akan semakin membenci lalu menjauhinya.

"Kalian kesini?"

"Aku khawatir sama Mama...", ucap Yeji dengan wajah sembab.

Polisi sudah mulai menyebar. Sehun tak bisa begitu saja tinggal diam menunggu jadi, Ia juga ikut masuk. Pada akhirnya semuanya masuk tanpa terkecuali.

Dorr!

Serentak mereka dikejutkan oleh bunyi tembakan yang berasal dari lantai atas. Semuanya menegang.

Dorr!

"Irene...", gumam Sehun.


















🏡🏡🏡🏡🏡

















Dengan terburu-buru, Irene berhasil mencapai anak tangga untuk turun.

Dorr!

"Argh!"

Irene terkejut hingga memekik ketika mendengar bunyi tembakan peluru yang mengarah padanya dari lantai atas, tapi meleset dan mengenai tembok. Irene menutup kedua telinganya takut, tapi Ia harus segera lari dari sana.

Dorr!

Lagi-lagi meleset. Irene dengan nyali secuil tetap berusaha melangkah menuruni anak tangga. Sejak tadi, Ia tak kunjung berhenti merapalkan do'a.

"Tuhan, selamatkan aku...", lirih Irene dalam langkahnya menuruni satu persatu anak tangga.

Bunyi tembakan itu tak terdengar lagi. Irene semakin mempercepat langkahnya. Hingga di lantai yang ke empat, sepasang matanya menangkap Sehun yang berdiri dihadapannya. Untuk beberapa detik mata mereka bertemu, kemudian Irene sudah berlari merangsek memeluk Sehun.

𝙎𝙩𝙚𝙥𝙢𝙤𝙩𝙝𝙚𝙧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang