Menaiki anak tangga dengan panik, Irene bergegas menuju kamarnya. Ia meninggalkan Sehun yang tengah terbaring sakit karena kemarin terlalu lama berada di kamar mandi. Pintu langsung Ia buka dan sejurua matanya menangkap suaminya hampir terjerembab ke lantai.
"Hun!"
Sehun mengangkat kepalanya. Posisi badannya kini setengah berada diatas tempat tidur, sementara tangannya menumpu pada lantai menahan tubuhnya. Yang tadi pecah adalah gelas minum yang berisi air putih.
"Maaf, Rene. Aku tadi mau ambil minum tapi, gelasnya malah jatuh...", sesalnya."Udah, udah... Biar aku aja!", seru Irene membantu Sehun untuk berbaring lagi. Wanita itu tau keadaan suaminya sekarang ini masih lemas.
Mata Sehun bergulir memandang Irene yang tengah memunguti pecahan gelas di lantai. Ia melipat bibirnya, entah dalam keadaan seperti ini rasanya Ia terlalu banyak merepotkan Irene.
"Udah kamu istirahat aja, aku ambilin minum dibawah!", pamit Irene seraya memungut pecahan gelas tadi lalu membawanya keluar. Tak lama Ia kembali bersama dengan sapu dan segelas air untuk Sehun.
Maaf, Rene...
Sebelum memberikan Sehun minum, gelas yang Ia bawa Ia letakkan di meja dan mulai menyapu lantai bekas serpihan kaca dari gelas yang berukuran lebih kecil. Usai membersihkan lantai dan memastikan tidak ada serpihan kaca yang tertinggal barulah Irene beralih ke Sehun.
Sehun meneguk air itu hingga tersisa setengah gelas. Suhu tubuhnya saat ini membuat tenggorokannya terasa kering.
"Kamu sarapan sekarang ya? Abis itu minum obat, kalo demamnya belum turun aku panggilin dokter. Ya?"
Sehun mengangguk menurut. Salahnya juga kemarin pakai acara berdiri dibawah shower terlalu lama.
"Bentar..."
Maniknya melihat Irene kembali keluar dari kamar. Sementara Ia menatap langit-langit kamarnya. Cukup lama hingga membuat matanya terasa berat kembali.
"Kamu ke Hongkongnya berapa hari?"
"Semingguan. Kenapa?"
Wanita itu menekuk bibirnya, menggeleng pelan, "Biasanya paling lama kamu keluar negeri 2-3 harian..."
"Hmm, ga tau juga sih. Tapi, kalo kerjaannya cepet selesai aku juga pulangnya bakal cepet kok..."
Senyum wanita itu mengembang sempurna. Memeluk lengan pria disampingnya.
Pria itu membalas senyumannya, "Kamu jaga anak-anak ya?"
Wanita itu menganggukkan kepalanya menyanggupi permintaan pria yang berstatus suaminya itu.
Konversasi diantara mereka tertunda sejenak lantaran terdengar bunyi ponsel sang wanita menginterupsi. Melepaskan pelukannya, wanita itu membaca siapa nama si penelepon diujung sana. Raut wajahnya sedikit berubah.
"Bentar ya..."Pria itu, Sehun melihat sosok sang istri berjalan menjauh seraya menjawab telepon sambil membekap ujung teleponnya. Matanya menyipit, mengerjap mengamati setiap pergerakan istrinya itu. Mengapa harus menjauh hanya untuk mengangkat telepon?
"Ya gitu. Seminggu katanya."
...
"Udah ya aku tutup teleponnya, ntar dia curiga!"
...
"Ya. Ya. Ya. Ntar kita jalan-jalan pokoknya!"
Alis Sehun menyatu melihat punggung sang istri yang kini hanya beberapa langkah jaraknya dari posisinya berdiri kini. Telinganya hanya mendengar bagian, 'ntar kita jalan-jalan pokoknya!'
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙎𝙩𝙚𝙥𝙢𝙤𝙩𝙝𝙚𝙧
Fiksi Umum[LENGKAP] Sehun, duda 3 anak memutuskan untuk menikah lagi dengan janda 1 anak yang ia kenal dari temannya, Irene. Ketiga anak Sehun benar-benar memiliki manner dan attitude yang buruk. Bandel, pemalas, boros, tidak tau tata krama seenaknya sendir...