Awalnya Irene pikir ketika mereka diberitahu fakta yang ada, mereka akan kembali bersikap tidak baik seperti dulu namun, nyatanya berbanding terbalik dengan asumsinya. Semua hal yang telah terjadi secara tidak langsung memberi pembelajaran pada mereka. Irene bersyukur mereka kini sudah bisa memikirkan segala hal dengan baik. Meski sisi anak-anak belum sepenuhnya hilang. Tapi, mereka telah berubah.
Terima kasih, Tuhan.
Irene mengatakan, "Ga ada yang perlu disalahin. Semua udah berlalu. Yang kemaren dijadiin pelajaran aja ya buat kedepannya. Mommy kalian mungkin punya penjelasan tapi, kalian belum sempet denger langsung. Ga perlu nyimpen amarah apalagi dendam, ikhlasin aja ya sayang. Do'ain Mommy kalian agar diberi pengampunan terus tempat yang layak disisi Tuhan..."
Perasaan mereka campur aduk. Terkejut, tidak menyangka, merasa dikhianati, kecewa dan sebagainya. Selama ini semua berjalan baik-baik saja tanpa mereka tau ada sesuatu yang tengah disembunyikan. Mereka mulai memikirkan bagaimana jika seandainya mereka ada di posisi Sehun, rela melakukan dan mengorbankan segalanya namun yang diperjuangkan malah mengkhianatinya. Pasti rasanya sakit. Sekarang mereka mulai mengerti mengapa ketika itu tidak ada satu tetes pun airmata milik Sehun yang jatuh kala prosesi pemakaman mendiang Suzy.
Sang Daddy mungkin kala itu sudah tidak bisa berekspresi sebagaimana mestinya. Terlalu terkejut dan kecewa atas kenyataan yang sesungguhnya. Nyatanya pengkhianatan itu berlangsung sudah sejak lama. Siapa yang tidak akan marah?
"Mom, enaknya aku ambil manajemen bisnis apa seni aja?"
Majalah yang ada dipangkuannya, Irene pindahkan keatas meja, "Ya Abang passionnya dimana?", tanyanya balik.
Jinyoung manyun, "Aku tuh nanya Mommy! Jangan bikin aku bingung!"
"Manajemen bisnis aja! Biar gue yang masuk seni ntar!", sahut Hyunjin tiba-tiba. Matanya fokus pada game di ponselnya.
"Gue ga nanya lo!", sungut Jinyoung.
"Yeu sensian kayak cewek!"
"Eh gue ga sensian ya!", bela Wonyoung selaku cewek yang duduk disisi Hyunjin sembari memoleskan kutek di kuku jari kakinya.
"Ga sensian tapi, ikut nyamber!", balas Hyunjin.
"Eh ngaca lo, gue nanyanya ke Mommy lo yang nyahut!", kata Jinyoung.
Irene menghela nafas menyaksikan adu bacot didepannya ini. Menggelengkan kepalanya heran.
"Ya suka-suka gue, bibir-bibir gue!", ucap Hyunjin belum mau kalah.
Wonyoung menghentikan kegiatannya, "Bibir lo tuh dower!"
Karena tidak terima diejek dower, Hyunjin meletakkan ponselnya lalu mengunci leher Wonyoung dengan lengannya, singkat kata Wonyoung diketekin.
"Eh Kak, kutek gue ntar rusak ish! Lepasin!", protes Wonyoung memukul-mukul lengan besar Hyunjin.
"Ya peduli amat!"
"Kakak...", tegur Irene menengahi.
Akhirnya Wonyoung terlepas dari jeratan keteknya Hyunjin. Kemudian Wonyoung pindah disisi Jinyoung.
"Kalian kok rencana ambil jurusannya sama sih? Manajemen bisnis sama seni?", tanya Irene.
Hyunjin menunjuk Jinyoung menggunakan ponselnya, "Dia plagiatin aku, Mom!"
"Cih najis daki badak! Lo yang ikut-ikutan!"
Berantem lagi :))
"Ambil manajemen bisnis aja deh, kan ntar bisa jadi penerus perusahaannya Daddy ya kan?", saran Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙎𝙩𝙚𝙥𝙢𝙤𝙩𝙝𝙚𝙧
General Fiction[LENGKAP] Sehun, duda 3 anak memutuskan untuk menikah lagi dengan janda 1 anak yang ia kenal dari temannya, Irene. Ketiga anak Sehun benar-benar memiliki manner dan attitude yang buruk. Bandel, pemalas, boros, tidak tau tata krama seenaknya sendir...