Tiga Puluh Tiga

5.5K 220 3
                                    

Follow ig vandesca16

Sepulang kerja Navasha kedatangan tamu tidak di undang di ruang prakteknya. Nathaniel Deosan yang sedang memperhatikan ruangan Navasha seperti isi dari ruangan tersebut sangat menarik baginya.

"Kamu kayak nggak pernah ke ruangan aku aja," komentar Navasha melihat Deo yang sangat betah melakukan kegiatannya.

"Aku lagi mikir," jawab Deo dengan serius. Navasha mengernyit. Apa yang ada di kepala laki-laki itu?

"Mikirin apa?"

"Nyari spot yang tepat untuk tempat foto pernikahan kita nanti." Deo mendapat timpukan tissue gratis dari Navasha.

"Ngawur!"

"Kok ngawur, sih?"

Navasha diam. Tidak membalas ucapan Deo. Ia masih sibuk merapikan barang-barangnya. Runi pulang cepat hari ini sehingga ia sendiri yang harus mensterilkan alat-alat yang tadi digunakan. Runi sedang sibuk mengurus persiapan pernikahannya yang akan berlangsung beberapa minggu ke depan.

"Nirmala mana?" tanya Navasha begitu ia selesai dengan pekerjaannya.

"Lagi di rumah orang tua Indira. Mereka kangen Nirmala. Nirmala bakal di sana sampai besok," jelas Deo panjang tanpa diminta.

"Padahal aku kangen sama Nirmala."

"Kalau kita nikah, kamu bakal ketemu Nirmala tiap hari. Plus aku juga tentunya." Deo cekikikan tidak jelas ketika Navasha menatapnya dengan tatapan tajam. Ia sangat suka menggoda Navasha. "Kamu bawa mobil?"

Navasha menggeleng. "Mobilku dipakai Andre. Aku tadi diantar Papa. Rencananya mau pulang pakai ojol aja. Tapi kebetulan ada kamu. Jadi hemat deh."

"Aku disamain sama ojol. Mana ada driver ojol seganteng aku, Sha."

"Pede banget, sih," cibir Navasha lalu tertawa. Deo tersenyum ketika bisa membuat gadis itu tertawa lagi, seperti dulu.

"Aku kangen kamu ketawa kayak gini karena aku."

"Eh ...." Navasha salah tingkah dibuatnya. Pipinya bersemu karena malu. "Yuk, pulang," ajak Navasha mengalihkan pembicaraan.

"Aku mau ngajak kamu kencan. Nonton, makan malam, setelah itu aku antar kamu pulang."

"Gaya banget sih kencan, kayak ABG aja. Kencannya nonton terus makan lagi. Kencan andalan kamu dari dulu kayaknya. Nggak kreatif banget." Navasha mencibir ajakan Deo meski jauh di dalam sana jantungnya berdebar tidak normal. Ia takut terbawa suasana jika mengulangi kebiasaannya bersama Deo dulu.

"Kamu kan hobi nonton. Lagian aku pengen bikin kamu ingat sama apa yang sering kita lakuin dulu. Jadi ABG dulu nggak apalah. Badan kamu masih cocok kok dikatain ABG. Kecil."

"Ih, ngeselin!" Navasha memukul punggung Deo dengan tas tangannya. "Aku tahu kalau aku pendek. Dari dulu kamu ngeselin banget!"

"Tapi ...." Deo menahan tangan Navasha yang ingin memukulnya. Ia mengunci tangan gadis itu di sisi tubuhnya sedangkan tangannya melingkari tubuh Navasha. Posisi tersebut membuat mereka berdua berdiri berhadapan dengan jarak yang begitu dekat. "Bikin aku selalu gemas sama kamu. Bawaannya pengen dilindungin aja."

Navasha memerah mendengarnya. Deo bukanlah tipe suka menggombal seperti ini. Tapi sekalinya laki-laki itu melakukannya, selalu berhasil membuat Navasha diam seribu bahasa dan memerah. Dulunya.

Navasha pikir efeknya tidak akan sama lagi meskipun telah bertahun-tahun ia pisah dengan Deo. Sayangnya ia salah. Efeknya masih sama. Membuat kupu-kupu di perut Navasha bertebangan memberikan sensasi geli tersendiri.

FatumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang