Selamat malam minggu, jom😌☺️
"Bunda." Navasha tergopoh berlari menuju kamarnya begitu mendengar suara tangis anak bungsunya. Seorang gadis kecil sedang terduduk di kasur dengan muka memerah dan mata berair.
"Bun." Gadis kecil itu menjulurkan tangannya, isyarat ingin di gendong. Navasha mengangkat gadis kecil bertubuh gembul itu ke pelukannya.
"Morning, Ta." Tavisha Arellia Deosan. Adik Nirmala dan Aaron. Anak bungsu Deo dan Navasha. Gadis kecil itu kini berumur dua tahun.
"Molning," balas Tavisha dengan suara serak dan cadelnya. Dia ingin mengucek kedua matanya yang terasa gatal, namun ditahan oleh Navasha. Perlahan Navasha mengusap kedua mata Tavisha, lalu pipi gembul gadis kecil itu yang lengket karena air mata.
"Mau minum susu?" Tavisha mengangguk. Navasha membawa Tavisha ke ruang keluarga. Disana sudah ada Deo, Nirmala serta Aaron yang sedang menonton TV seraya menunggu sarapan siap.
"Bang, pegang Tata dulu. Aku mau buatin susunya." Navasha mendudukkan Tavisha ke pangkuan Deo.
"Bun." Tavisha merengek karena lepas dari ibunya. Tapi, Deo dengan sigap mengalihkan perhatian anaknya itu.
"Dek Dek, liat tuh." Deo menunjuk ke layar TV yang menampilkan film kartun. Tavisha mulai tertarik dan ikut menonton seperti kedua kakaknya.
"Tu meong?" Tavisha mendongak guna menatap wajah Deo dengan mata bulatnya.
"Iya, itu meong. Ada guguk juga," angguk Deo. Dia mencium puncak kepala Tavisha. "Tata bau acem, ih. Belum mandi."
"Tata hayum," protes Tavisha tidak terima dikatakan bau. Deo terkekeh dan mencium sekali lagi anaknya.
"Adik Tata." Aaron dan Nirmala baru menyadari kehadiran Tavisha begitu film kartun berganti dengan iklan. Dua bocah itu rebutan mencium pipi gembul si bungsu.
"La, Ron. Kalian liatin Tata dulu ya. Ayah mau ke dapur. Nanya Bunda sarapan udah siap atau belum." Deo mendudukkan Tavisha di atas karpet tebal, duduk di antara kedua kakaknya. Nirmala dan Aaron mengangguk mengerti.
Deo menyusul Navasha yang sedang menyiapkan susu Tavisha. Perlahan Deo mendekati Navasha lalu memeluk wanita itu dari belakang dengan tiba-tiba.
"Bang, jangan peluk sembarangan!" omel Navasha. Dia sangat terkejut begitu dia merasakan dipeluk seseorang. Hampir saja susu Tavisha terlepas dari tangannya.
"Biar surprise."
"Surprise apanya coba. Sana ih. Aku mau ngasih susu Tavisha dulu. Sekalian manggil Nirmala sama Aaron. Sarapan udah siap." Navasha berusaha melepaskan pelukan Deo tapi dia tidak berhasil. Belitan tangan Deo di pinggangnya makin erat hingga ia susah untuk melepaskan diri. "Bang, lepas dulu. Lagian malu kalau ketahun sama si Mbak ntar."
"Si Mbak palingan masih nyuci. Nggak bakal ada yang liat. Aku mau meluk kamu dulu. Pelit banget sih minta peluk doang."
"Kamu meluk aku udah kayak nggak meluk setahun aja."
"Sejam nggak meluk kamu rasanya udah kayak setahun," sahut Deo lebay. Navasha memutar matanya kesal.
"Udah tua, Bang. Nggak cocok jadi alay gitu."
"Makin tua makin jadi, Wife," balas Deo. "Kamu harum banget. Padahal belum mandi. Kamu nyemprot parfume sebotol ya?"
Navasha menggeplak kesal punggung tangan suaminya. "Sembarangan. Sana jauh-jauh kalau mau ngeledek."
"Ambekan banget, Sayang. Tapi mukanya jadi lucu gitu. Bibirnya monyong-monyong. Jadi pengen nyium."
"Cium tuh dinding. Sana, Bang. Ntar anak-anak nyusul kesini karena kelamaan." Navasha bergerak-gerak agar Deo mau melepaskan pelukannya. Akhirnya Deo mengalah. Dia melepaskan pelukannya tapi sebelumnya dia mencium pipi Navasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatum
RomanceFatum (n.) The development of events beyond a person's control. Perpisahan dengan Deo meninggalkan luka besar di hati Navasha. Bertahun-tahun Navasha hidup dalam luka. Navasha pikir lukanya akan sembuh seiring berjalannya waktu. Sayangnya ia salah. ...