Sepuluh

9.5K 405 5
                                    

Navasha menyampirkan tasnya dengan tergesa ke pundak kiri karena tangan kanannya ditarik-tarik oleh Nirmala. Anak itu begitu semangat akan mengantarkan Navasha pulang bersama ayahnya. Di mana hal itu sangat tidak ingin Navasha lakukan karena sampai saat ini Navasha tidak sudi berada di tempat yang sama dengan Deo.

"Bunda, sebelum pulang kita makan dulu, ya," pinta Nirmala ceria. Navasha meringis. Ia ingin sekali menolak permintaan gadis kecil itu, tapi hatinya tidak tega. Sedangkan Deo terlihat menyunggingkan senyum kecilnya begitu mendengar permintaan Nirmala.

Pepet terus calon bundamu, La!

"Bunda hari ini capek banget. Lain kali, ya, kita makan berduanya. Bunda bakal ajak Lala ke tempat yang bagus banget," tolak Navasha halus. Mendung langsung menggelayuti wajah gadis kecil itu.

"Tapi, Lala pengen makan sama Bunda sekarang. Lala laper, belum makan dari tadi," pinta Nirmala dengan mata berkaca-kaca. Navasha menghela napasnya berat. Benar-benar anak Deo ini, membuat Navasha tidak mampu menolaknya.

"I ... iya deh. Bunda temenin," angguk Navasha akhirnya. Hal itu spontan membuat Nirmala menjerit kesenangan sehingga menarik perhatian orang-orang yang berada di koridor rumah sakit.

"Jangan lompat-lompat gitu, Sayang. Nanti jatuh." Deo dengan sigap menahan anaknya agar tidak melompat kegirangan lagi. Tadinya laki-laki itu berjalan di belakang Navasha dan Nirmala karena Navasha tidak ingin mereka berjalan beriringan. Tapi, sekarang ia berjalan disamping Navasha dengan Nirmala yang sudah berada dalam gendongannya. Putri kecilnya sudah bersandar nyaman pada bahunya, bersiap menutup mata. Kebiasaan Nirmala sejak dulu jika sudah bersandar di pundak ayahnya.

"Kamu ngapain jalan di samping aku?" Navasha mendelik tidak suka.

"Aku bukan pembantu yang harus jalan di belakang kamu terus. Lagian, aku gendong Nirmala," balas Deo melakukan pembelaan.

"Tapi–­­­­"

"Wah, Dokter Navasha sama siapa, nih? Suami sama anaknya, ya?" Tiba-tiba seorang dokter senior menyapa Navasha yang membuat Navasha kalang kabut.

"Bu ... bukan, Dokter. Teman saya," koreksi Navasha. Ia tidak ingin semua orang berprasangka jika Deo adalah suaminya dan Nirmala adalah anaknya. Tidak. Navasha tidak menginginkan hal tersebut terjadi.

Deo tersenyum melihat Navasha yang tampak kelabakan menghadapi pertanyaan si dokter senior. Lalu ia menyalami dokter senior tersebut.

"Saya kira suaminya. Cocok soalnya," kata dokter paruh baya itu. Navasha hanya meringis mendengarnya.

Cocok dari hongkong!

"Sudah mau pulang, Dok?" tanya Navasha mengalihkan pembicaraan.

"Mau ada jadwal operasi. Dokter Navasha sudah mau pulang?"

Navasha mengangguk, "saya duluan ya, Dok. Permisi." Navasha pamit diikuti dengan Deo. Laki-laki itu menyunggingkan senyum tipis sebagai tanda pamitnya.

"Kamu mau makan di mana?" tanya Deo tiba-tiba. Navasha sontak mengerutkan keningnya.

Apa maksud dari laki-laki itu?

"Kita kan mau makan, Sha. Aku tanya kamu mau makan di mana," ulang Deo yang sepertinya mengerti dengan kebingungan Navasha.

"Kita?" ulang Navasha dengan heran. "Maksud kamu itu aku sama Nirmala, kan?"

"Ditambah aku. Nggak mungkin aku biarin kalian berdua pergi tanpa pengawasanku. Aku nggak mau kalian kenapa-napa," kata Deo cuek. Navasha menggeram kesal.

"Aku nggak mau kalau kamu ikut," putus Navasha. Ia tidak ingin bersama dengan laki-laki itu, meskipun ada Nirmala di antara mereka. Bersama dengan mantan kekasih bukan pilihan yang disukai oleh Navasha.

FatumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang