Follow ig vandesca16✨
Navasha mengerjapkan matanya berulang kali untuk menyesuaikan penglihatannya yang silau karena cahaya. Ia menoleh ke arah tirai kamar yang sudah dibuka. Cahaya menyilaukan berasal dari sana.
"Jam berapa?" gumam Navasha pada dirinya sendiri. Ia meraih ponsel yang terletak di atas laci kecil di samping tempat tidurnya. Delapan lewat tiga puluh pagi.
"Astaga, gue telat!" Navasha buru-buru ingin ke kamar mandi hingga tidak sadar jika kakinya masih terlilit selimut. Alhasil, gadis itu sukses mendarat di atas karpet tebal yang melapisi seluruh lantai kamarnya.
"Sha, astaghfirullah. Kamu ngapain?" Nina yang baru masuk ke dalam kamar anak gadisnya tergopoh-gopoh membantu Navasha.
"Ngapain sih, Sha?" Nina membantu Navasha melepas lilitan selimut di kaki Navasha lalu membimbing anaknya untuk duduk di atas kasur.
"Aku mau ke kamar mandi, Ma. Udah telat ini," kata Navasha seraya meringis pelan. Lengan kanannya terasa sakit karena bagian tubuhnya itu yang menahan berat badannya.
"Kamu nggak usah masuk kerja. Tadi Andre udah bilang ke asisten kamu kalau kamu sakit. Mana yang sakit badannya?" Navasha menunjuk lengan kanannya. Dengan lembut Nina mengelus lengan anaknya itu. "Hati-hati dong, Sha. Jangan ceroboh gitu."
"Namanya juga refleks, Ma," ringis Navasha. "Tapi kok aku dibilang sakit, sih? Kan aku nggak sakit."
"Badan kamu nggak sakit. Tapi hati kamu butuh istirahat. Udah deh, sehari nggak masuk kerja dulu nggak papa. Pasien kamu nggak bakal kabur."
"Bukan gitu, Ma. Nggak profesional dong namanya."
"Ini bukan masalah profesional atau nggak. Dokter gigi juga manusia. Kamu masih butuh waktu untuk istirahat," nasehat Nina. Navasha terdiam lalu mengangguk singkat. "Sekarang kamu mandi, gih. Abis itu sarapan. Mama tunggu di bawah."
"Ma." Navasha menahan tangan ibunya yang hendak keluar kamar.
"Kenapa?"
"Papa sama adik-adik udah berangkat?" Nina mengangguk. "Em ... Andre cerita tentang semalam?" tanya Navasha ragu. Nina tersenyum lalu kembali duduk disebelah anak sulungnya.
"Kamu pasti tahu kan kalau Mama, Papa, dan adik-adik kamu selalu ngedukung kamu, apapun keputusan yang kamu ambil. Dan apapun yang akan terjadi nantinya, kamu nggak boleh ngerasa sendiri. Kamu masih punya kami, keluarga kamu."
Navasha memeluk Nina erat dengan air mata yang tergenang siap untuk tumpah. Bagaimanapun perjalanan hidupnya, Navasha merasa sangat beruntung dilahirkan di keluarga ini.
***
Navasha menggosokkan handuk kecil ke rambutnya yang masih basah karena keramas seraya mengecek notifikasi di ponselnya. Setelah adegan pelukan dan menangis haru tadi, Nina meminta Navasha untuk mandi dan turun ke bawah untuk sarapan.
Ada beberapa chat dari berbagai grup yang selalu heboh setiap saat, chat cepat sembuh dari Runi dan ... chat ucapan selamat pagi dari Deo.
Deo
Pagi☺Navasha menggerakkan jemarinya di atas layar ponsel untuk membalas chat dari Deo.
Navasha
Pagi juga.Setelah itu Navasha membalas chat dari Runi dan membiarkan chat lainnya tidak terbaca. Baru saja Navasha ingin meletakkan ponselnya ke atas nakas, layar ponselnya hidup dan menampilkan pop up chat balasan dari Deo.
Deo
Aku dengar dari Andre kalau kamu sakit sampai nggak masuk kerja.Navasha
Aku nggak sakit. Andre terlalu berlebihan. Hanya butuh menghirup sedikit udara selain bau obat di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatum
RomanceFatum (n.) The development of events beyond a person's control. Perpisahan dengan Deo meninggalkan luka besar di hati Navasha. Bertahun-tahun Navasha hidup dalam luka. Navasha pikir lukanya akan sembuh seiring berjalannya waktu. Sayangnya ia salah. ...