Dua Puluh Tujuh

5.7K 221 9
                                    

Follow ig vandesca16

Emil berhasil membuat Navasha setuju untuk tidak membatalkan rencana mereka, dengan syarat harus membawa Nirmala. Emil setuju saja yang penting Navasha mau pergi dengannya. Lagipula Nirmala sepertinya tipe anak yang kalem. Tidak akan membuat susah nantinya.

Tapi, baru saja Emil bersorak girang, permintaan Nirmala berhasil membuatnya mencebik. Ayahnya—Deo—harus ikut dengan mereka karena Nirmala tidak mau ayahnya ditinggal.

Ntar, Ayahnya Lala diculik.

Alasan gadis cilik itu membuat Emil geram. Tapi laki-laki itu tidak bisa melakukan apapun. Ia pasrah menerima kencannya dengan Navasha diganggu oleh saingannya.

Berbeda dengan Deo yang saat ini tersenyum licik. Dalam hati, ia memuji kepintaran anaknya. Ia tidak perlu lagi pusing memikirkan alasan dan cara agar bisa mengacaukan kencan Emil dan Navasha.

Bagus, La. Jangan sampai Bunda kamu dipepet orang lain.

"Pakai mobil gue aja. Ribet mau mindahin kebutuhan Lala," usul Deo berusaha mennjaga intonasi suaranya sedatar mungkin. Ia menangkap Emil yang menatapnya penuh permusuhan.

"Terserah," jawab Emil ketus. Akhirnya ke empat orang itu menuju mobil Deo.

"Kita kemana, nih?" tanya Deo seraya menghidupkan mobil. Ia menatap Navasha dan Nirmala yang duduk di belakang. Sedangkan Emil duduk di sebelahnya.

"Mall! Lala mau mandi bola," pekik Nirmala. "Boleh ya, Bunda?" Gadis kecil itu lalu menatap penuh harap pada Navasha.

"Tanya Om Emil, deh," kata Navasha. Sebenarnya ia tidak enak hati pada Emil. Rencana laki-laki itu gagal karena kedatangan Nirmala dan Deo.

"Om, boleh, ya?" Nirmala memajukan tubuhnya sehingga berada di antara Deo dan Emil. Ia menatap Emil, menunggu jawaban laki-laki itu.

"Boleh," jawab Emil lembut. Hatinya tersentuh begitu matanya bersitatap dengan mata penuh harap Nirmala. Ayah Nirmala mungkin saingannya untuk mendapatkan Navasha, tapi bukan berarti Emil tidak menyukai Nirmala.

"Hore! Mandi bola! Let's go, Ayah!"

***

Begitu mereka sampai di mall, area yang mereka kunjungi pertama kali adalah area bermain. Meski mereka datang cukup awal, tapi mall sudah terlihat ramai. Mungkin karena akhir pekan.

"Bunda temani Lala main, ya," pinta Nirmala. Navasha mengangguk. Ia masuk ke dalam area mandi bola untuk mengawasi Nirmala sekaligus ikut bermain. Meninggalkan Deo dan Emil yang duduk di kursi yang ada di area bermain itu.

Dua laki-laki itu duduk dalam suasana canggung. Tidak tahu harus berbicara apa karena sejatinya mereka berdua adalah rival. Bermenit-menit mereka dilingkupi keheningan hingga akhirnya Emil angkat bicara.

"Gue udah tahu tentang lo dari adiknya Navasha," kata Emil. Deo menoleh sebentar lalu kembali menatap lurus ke depan. Melihat anaknya yang asyik bermain dengan Navasha.

"So I am. Navasha dan adiknya udah cerita tentang lo. Anak atasan Navasha yang udah lama ngejar Navasha," balas Deo cuek.

"Gue kayak gitu karena gue beneran cinta sama dia. Sejak pertama kali gue liat dia di rumah sakit, gue pengen dia jadi milik gue." Dibalik kalimat Emil itu ada penegasan yang mengganggu Deo. Ia tidak suka ketika Emil berkata ingin menjadikan Navasha sebagai miliknya.

"So sorry, tapi Navasha akan jadi milik gue dan Nirmala. Lo nggak akan ada kesempatan. Jangan terlalu berharap," ketus Deo.

"Lo terlalu percaya diri. Lo lupa kalau lo adalah orang yang nyakitin Navasha di masa lalu? Lo pikir Navasha masih mau nerima lo?" Emosi Deo mulai terpancing begitu Emil mengungkit masa lalunya dengan Navasha. Ia tidak suka kebodohannya diungkit, apalagi oleh saingannya sendiri.

FatumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang