Navasha tersenyum melihat matahari yang mulai terbenam di ufuk barat pantai Gili Trawangan. Tangannya dilipat di depan dada. Semilir angin bergerak menerbangkan rambut Navasha yang digerai serta ujung dress selutut yang dikenakan Navasha.
"Fokus banget." Seseorang mendekap Navasha dari belakang membuat wanita itu tersentak kaget. Untung saja ia segera mengetahui siapa orang yang memeluknya.
"Nggak usah bikin kaget bisa kali, Bang?" kesal Navasha. Deo terkekeh kecil.
"Kamu liat matahari terbenam udah kayak liat berlian aja. Mata kamu hampir mau copot gitu." Navasha memberenggut kesal karena diledek suaminya. Ia memukul lengan Deo yang melingkar di tubuhnya.
"Ledekin aja istrimu ini terus."
"Becanda, Wifey." Deo mencium gemas pipi Navasha yang chubby. Ia berkali-kali menekan bibirnya ke pipi Navasha sehingga istrinya itu terkekeh geli.
"Sanaan, ih."
"I love you, Wifey," bisik Deo lembut di telinga Navasha membuat Navasha meremang seketika. Bulu kuduknya berdiri serta darahnya berdesir cepat.
"I love you too, Hubby," balas Navasha. Ia memutar tubuhnya hingga kini ia berdiri berhadapan dengan Deo. Ia melingkarkan kedua tangannya di leher Deo. Wajah cantiknya mendongak agar bisa melihat wajah sang suami. "Makasih udah bawa aku kesini. Aku suka sekali."
Deo menggeleng kecil. "Kamu nggak harus berterima kasih. My pleasure. Kebahagiaanmu adalah tujuan utamaku. Lagi pula harusnya aku yang minta maaf karena nggak bisa bawa kamu honeymoon ke Cappadocia."
Navasha tersenyum kecil lalu mengusap rambut Deo di bagian belakang. "It's okay. Di sini selama tiga hari udah cukup untuk aku. Aku ngerti sama kesibukan kamu. Lagian aku juga nggak tenang ninggalin Nirmala terlalu lama sama Bunda. Kita masih punya banyak waktu untuk liburan ke luar negeri."
Rencana honeymoon mereka ke luar negeri tepatnya ke Cappadocia, Turki harus batal karena Deo yang tidak bisa mengambil cuti terlalu lama. Ia hanya dapat jatah cuti seminggu walaupun dia pemimpin perusahaannya. Seminggu itu sudah terpangkas untuk waktu pra pernikahan serta pernikahan selama tiga hari. Besok mereka sudah harus kembali ke Jakarta karena Deo sudah harus kembali bekerja.
"Rasanya aku mau memperpanjang honeymoon kita. Gimana kalau kita pulang lusa aja? Nggak usah besok?" tawar Deo yang mendapat gelengan dari Navasha.
"Kita tetap pulang besok. Kamu harus punya waktu istirahat sehari sebelum masuk kerja. Aku nggak mau kamu sakit karena kelelahan. Lagipula, kita harus luangin waktu sehari penuh untuk Nirmala. Setidaknya aku pengen Nirmala ngerasain full day sama kita sebelum kamu sibuk sama kerjaan," jelas Navasha. Deo tersenyum kagum pada istrinya. Kasih sayang wanita itu pada Nirmala memang tidak perlu diragukan. Ia memperlakukan Nirmala layaknya anak kandung sendiri, tidak peduli bahwa gadis kecil itu adalah anak dari wanita yang mengakibatkan hubungannya dengan Deo hancur beberapa tahun yang lalu.
"Aku bangga banget sama kamu. Kamu sayang sama Nirmala, bahkan selayaknya ibu kandung ke anaknya. Aku nggak pernah salah milih kamu sebagai belahan jiwaku, Sayang."
"Nirmala anak aku, terlepas kandung atau bukan. Aku udah ngerasa terikat sama dia, bahkan jauh sebelum aku mau ngasih kamu kesempatan. Nggak ada alasan aku untuk nggak sayang sama Nirmala. Aku ini bukan ibu tiri yang ada di sinetron," kekeh Navasha. Deo ikutan terkekeh dan mengeratkan pelukannya di pinggang Navasha.
"You are the best gift from God that I've ever had." Deo menurunkan wajahnya lalu mengecup lama dahi Navasha. Navasha memejamkan matanya seraya tersenyum, menikmati kasih sayang Deo yang tersalur dari bibir laki-laki itu di dahinya. Kepalanya sedikit mendongak. Sedangkan tangannya mengelus rahang Deo lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatum
RomanceFatum (n.) The development of events beyond a person's control. Perpisahan dengan Deo meninggalkan luka besar di hati Navasha. Bertahun-tahun Navasha hidup dalam luka. Navasha pikir lukanya akan sembuh seiring berjalannya waktu. Sayangnya ia salah. ...