Tiga Puluh Enam

5.4K 209 3
                                    

Maaf bgt aku lama updatenya😭😭 makasih kalian udh sabar nunggu. Happy reading luv💕

Follow ig vandesca16

Navasha mendesah berat seraya menatap langit-langit kamarnya yang bertabur tempelan-tempelan berbentuk bintang dengan berbagai ukuran. Pikirannya menerawang jauh pada kejadian tadi sore ketika Emil akhirnya menyerah pada dirinya.

Navasha bukannya merasa sedih akan keputusan Emil. Tapi ada sesuatu yang tiba-tiba mengusik dirinya.

Emil sudah menyerah. Apa Deo akan melakukan hal yang sama?

Entah kenapa pemikiran itu mengusik Navasha sejak dia pulang tadi. Ada banyak kemungkinan yang berkeliaran di kepalanya tentang Deo. Semuanya terasa menghimpit dada Navasha. Membuat gadis itu tidak nyaman.

"Kak." Suara panggilan seseorang dari luar kamar membuat Navasha menoleh ke arah pintu yang tertutup. Itu pasti adiknya. Andre.

"Masuk aja, Ndre," suruh Navasha. Andre memutar pelan knop pintu lalu melongokkan wajahnya.

"Mau tidur, Kak?" Navasha menggeleng. "Aku boleh masuk?"

Navasha mengangguk mempersilahkan Andre masuk. Laki-laki yang sedang menempuh perkuliahan itu merengsek mendekati kakaknya lalu duduk di pinggir kasur.

"Kenapa?" Navasha bangkit dari berbaringnya dan mengubah posisinya menjadi duduk.

"Are you okay?" Navasha mengernyit heran mendengar pertanyaan adiknya. Tidak ada angin, tidak ada hujan, adiknya tiba-tiba bertanya seperti itu.

"Maksud kamu?"

"Em, sebenarnya ...." Andre terlihat ragu untuk melanjutkan kalimatnya. Raut mukanya terlihat bingung. Navasha tahu itu.

"Kenapa, Ndre?"

Andre menatap sang kakak lamat. Seperti mencari keyakinan dan keberanian lewat menatap wajah kakak yang berusia enam tahun lebih tua darinya itu.

"Tadi Bang Deo nelepon aku. Dia nanya keadaan Kakak. Katanya dia nggak mau ganggu waktu Kakak untuk sehari ini. Tapi aku bingung liat Bang Deo yang dari awal semangat banget untuk dekatin Kakak, sekarang jadi kayak gini. Terjadi sesuatu di antara kalian?"

Barulah Navasha paham kenapa adiknya tiba-tiba menanyakan keadaanya. Karena Deo. Laki-laki itu sepertinya ingin memastikan keadaan Navasha tapi tidak ingin mengganggu Navasha dahulu. Deo sepertinya mengerti.

"Nggak terjadi apa-apa. Aku emang nggak ketemu dan komunikasi sama dia seharian ini. Mungkin karena itu dia nanya kamu," kata Navasha.

"Tapi kenapa nggak langsung ke Kakak aja? Biasanyakan juga gitu. Bang Deo nggak pernah nanyain Kakak lewat aku kecuali kalian lagi ada masalah. Kenapa, Kak? Kakak bisa cerita sama aku." Andre terdengar begitu khawatir. Setiap kata yang meluncur dari mulutnya penuh dengan desakan agar Navasha mau mengatakan hal yang sebenarnya padanya. Andre mungkin tidak mau kecolongan lagi. Ia tidak mau sang kakak kembali jatuh di lubang yang sama.

"Tadi sore Kakak ketemu Emil. Dia minta jawaban."

"Jawaban apa?" Navasha diam. Tidak langsung menjawab. Ia mencari kalimat yang pas untuk disampaikan pada adiknya.

"Gimana perasaan Kakak sama dia. Dia mau memastikan itu. Kalau Kakak nggak ada perasaan apapun sama dia, dia bakal ngelepas Kakak. Karena dia sudah punya seorang gadis yang akan dijodohkan dengannya," jelas Navasha lirih. Kening Andre sempat berkerut, mencerna penjelasan dari kakaknya.

"Lalu Kakak jawab apa?"

Navasha menggeleng pelan.

"Kakak tolak?"

FatumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang