Navasha memandang gusar langit malam. Tidak ada bulan maupun bintang malam ini. Hanya tersaji langit gelap, seperti suasana hatinya saat ini.
"Dek."
"Jangan panggil aku seperti itu," tekan Navasha tidak suka. Ia sama sekali tidak mau menatap wajah laki-laki disampingnya.
"Sha." Deo mendesah berat. Ia maklum jika Navasha sangat membencinya, hingga untuk menatap wajahnya saja tidak mau.
"Untuk apa kamu kembali?" Navasha bertanya dengan begitu datar, tanpa emosi. Tapi, sangat mampu membuat Deo merasakan ada sesuatu yang menggores dadanya.
"Aku kembali. Untuk kamu," jawab Deo lirih. Laki-laki itu menatap Navasha dalam, sayangnya Navasha sama sekali tidak mau menatapnya barang sebentar pun.
"Aku nggak butuh kamu kembali. Kita udah memiliki kehidupan masing-masing," balas Navasha ketus. Sungguh, jika boleh jujur, ia masih memiliki rasa yang ia pendam bertahun-tahun lamanya untuk laki-laki disampingnya saat ini. Namun untuk menerima Deo kembali dihidupnya, Navasha sangsi untuk hal itu.
"Tapi, aku sungguh ingin kita kembali. Menjalani sisa umurku bersamamu dan ... membesarkan Nirmala dan anak-anak kita nantinya bersama-sama." Deo seperti sangat berharap di dalam setiap kalimatnya.
"Tapi aku nggak. Saat kamu memutuskan untuk meninggalkanku bertahun-tahun lalu, saat itu pula kesempatan kita untuk bersama udah selesai. Nggak akan ada kesempatan kedua ataupun kesempatan lainnya. Semua yang udah berakhir, nggak akan bisa dimulai kembali." Kini Navasha tanpa ragu menatap wajah laki-laki itu. Matanya menatap Deo begitu tajam. Walaupun begitu, ada luka yang begitu nyata tersirat di balik tatapan tajam tersebut.
"Aku tahu, aku salah udah pernah meninggalkan kamu bertahun-tahun lalu. Menggoreskan luka yang begitu dalam hingga membuatmu susah untuk memaafkanku. Aku minta maaf. Aku ... aku hanya ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin menyembuhkan luka yang kubuat. Aku ingin menebus semuanya," mohon Deo. Laki-laki itu menggapai tangan Navasha. Tangan Navasha rasanya tetap sama seperti saat terakhir ia menggenggamnya dengan erat. Begitu hangat dan pas digenggamannya.
"Nggak." Navasha segera menarik tangannya. Ia sama sekali tidak ingin untuk mengulangi kisahnya kembali dengan Deo. Navasha akui, keberadaan Deo di hadapannya saat ini masih terasa seperti mimpi baginya. Apalagi laki-laki itu kini melamarnya, setelah hilang bertahun-tahun dan membawa seorang gadis kecil bersamanya. Tapi, Navasha merasa tidak mampu untuk kembali merajut kisah dengan Deo. Semua sakit dan luka yang laki-laki itu berikan masih terekam dengan jelas diingatannya. Bagaimana Navasha mampu hidup bersama dengan sumber lukanya selama ini?
"Kenapa? Kamu nggak cinta lagi sama aku?"
"Ya." Navasha berbohong. Hatinya bahkan selalu menyimpan satu nama sejak bertahun-tahun lalu. Sayangnya, perasaan itu berdampingan dengan luka yang mengaga lebar saat ini. "Untuk apa aku masih mencintai kamu? Hubungan kita udah lama berakhir. Aku udah move on. Nggak ada lagi alasanku untuk pertahanin rasa cinta yang sama sekali nggak berguna itu. Saat kamu ingin aku pergi menjauh dari hidupmu, saat itu juga rasa cinta untuk kamu hilang."
"Kamu bohong. Kalau kamu udah nggak cinta lagi sama aku, setidaknya kamu udah memiliki cinta yang lain sejak aku pergi. Tapi kenyataannya, kamu masih bertahan sendiri sejak kita pisah. Apa itu yang namanya tidak lagi mencintaiku?" Deo tersenyum samar. Sebelum memutuskan untuk muncul kembali di hadapan Navasha dan melamar gadis itu, Deo mencari tahu semua tentang Navasha sejak terakhir kali mereka berkomunikasi. Hasilnya sungguh memuaskan Deo. Navasha yang Deo yakini tidak pernah melupakannya karena tidak pernah menjalin hubungan dengan laki-laki manapun setelah mereka berpisah.
"Kamu jangan sok tahu! Kita udah lama berpisah dan nggak berhubungan satu sama lain. Kamu nggak tahu apa-apa tentang hidupku saat ini," sentak Navasha. Ia benci, sangat benci. Bagaimana Deo masih begitu percaya diri mengatakan ia masih mencintai laki-laki tersebut setelah berhasil menghancurkannya sedemikian rupa? Bagaimana Deo masih begitu berani menampakkan wajahnya yang mengundang beribu luka untuk Navasha?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatum
RomansFatum (n.) The development of events beyond a person's control. Perpisahan dengan Deo meninggalkan luka besar di hati Navasha. Bertahun-tahun Navasha hidup dalam luka. Navasha pikir lukanya akan sembuh seiring berjalannya waktu. Sayangnya ia salah. ...