Tiga Puluh Empat

5.3K 218 0
                                    

Follow ig vandesca16

Navasha dan Deo keluar dari mall ketika waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam. Setelah nonton, mereka makan di salah satu restoran jepang yang ada di mall tersebut. Katanya Deo ingin sekali makan sushi. Seperti ngidam saja.

"Aku lupa!" sentak Navasha begitu mereka sudah masuk ke dalam mobil Deo.

"Lupa apa?" Laki-laki itu menghidupkan mesin mobil. Mulai mengemudikan mobilnya menuju jalanan yang padat.

"Beli chatime," cemberut Navasha. "Padahal aku udah niat mau beli setelah makan. Malah kelupaan."

"Dasar." Deo mengacak gemas rambut Navasha. "Aku kira apaan. Nanti kita beli."

Navasha mengangguk. Ia saat ini sangat ingin menikmati minuman kesukaannya itu. Beruntung Deo mau mampir membelinya.

Begitu sampai di Chatime, Deo tidak membolehkan Navasha keluar dari mobil. Laki-laki itu yang akan membelikannya. Tapi Navasha menolak, ia ingin ikut. Terpaksa Deo membolehkan Navasha untuk ikut membeli. Padahal laki-laki itu ingin Navasha istirahat di mobil saja.

"Kesukaan kamu dari dulu nggak pernah berubah ya," kata Deo ketika pesanan mereka berdua sudah siap. "Selalu mesan hazelnut chocolate milk tea, toppingnya boba."

"Cuma ini yang paling enak menurutku. Lagian aku nggak mau nyoba yang lain," balas Navasha. "Setelah ini kita pulang kan?"

"Ke pantai dulu mau nggak?"

"Hah? Pantai? Malam-malam gini?"

Deo mengangguk mantap. Entah kenapa laki-laki itu tiba-tiba ingin menikmati suasana malam di pantai. "Iya. Ke Ancol."

"Takut, ah. Lagian aku nggak bawa jaket. Ntar malah masuk angin," tolak Navasha tidak mau.

"Ada aku yang bakal jagain kamu. Kamu juga bisa pakai jaketku nanti supaya nggak kedinginan. Mau, ya?" Deo menatap Navasha penuh harap. Membuat gadis itu tidak tega jika menolak.

"Ng ... oke deh."

***

Navasha bergidik begitu merasakan angin malam menyapu tubuhnya yang sudah terbalut jaket Deo yang terlihat kebesaran di tubuhnya. Meskipun terhalang oleh jaket tebal, Navasha masih bisa merasakan dinginnya angin malam ini.

"Kamu nggak kedinginan?" tanya Navasha pada Deo yang hanya memakai kemeja dengan lengan digulung sampai siku.

"Nggak terlalu kok. Kita duduk di sana, ya?" Deo menunjuk bagian pantai yang diterangi oleh cahaya lampu yang memang sengaja disebar dibeberapa titik. Laki-laki itu menggenggam tangan Navasha, membawa gadis itu agar mengikuti langkahnya.

Navasha dan Deo duduk di atas pasir tanpa beralaskan apapun. Alas kaki mereka sengaja dilepas agar bisa merasakan lembutnya pasir.

"Kamu kenapa ngajak aku malam-malam gini ke pantai?" Navasha menatap Deo yang terlihat menikmati wajahnya yang disapu oleh angin. Laki-laki itu sampai memejamkan matanya.

"Hm," gumam Deo dengan mata yang masih tertutup. "Nggak tahu. Tiba-tiba aja kepikiran. Kayaknya seru."

"Random banget sih, Yo." Navasha memukul lengan Deo. Laki-laki itu terkekeh. Perlahan matanya terbuka lalu menatap Navasha hangat.

"Aku kayaknya kangen banget ngabisin waktu berdua sama kamu. Makanya kepikiran bawa kamu ke sini dulu. Nggak langsung nganterin kamu pulang." Jawaban Deo membuat Navasha membeku. Gadis itu menundukkan wajahnya. Berusaha menetralkan wajahnya yang tiba-tiba terasa panas serta jantungnya yang mulai berdetak tidak teratur. "Besok waktunya kan?"

FatumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang