Lima Puluh Empat

9.3K 295 16
                                    

Part ini lebih panjang drpd biasanya. Happy reading💕

Setelah selesai sungkem pada kedua orang tua mereka dan foto bersama, acara dilanjutkan dengan resepsi kecil di halaman belakang rumah keluarga Baskara. Resepsi kecil ini merupakan permintaan Navasha. Awalnya Navasha hanya ingin diadakan resepsi kecil seperti ini, hanya mengundang keluarga dan teman dekat. Suasananya pun lebih hangat dan nyaman. Namun tidak ada yang setuju dengan usulnya karena kolega dari keluarganya dan keluarga Deo sangat banyak. Mereka sungkan jika tidak mengundang para kolega mereka tersebut. Jadilah resepsi diadakan dua kali. Hari ini setelah akad nikah dan besok di ballroom hotel bintang lima milik salah satu paman Deo.

Halaman belakang sudah disulap sedemikian rupa. Konsepnya Navasha sendiri yang menentukan. Bunga, pita, kursi, meja, lampu-lampu kecil, serta dekorasi yang lain ditata indah dengan corak warna pastel dan putih. Ada band di bagian sudut yang akan menyenandungkan lagu cinta yang merdu serta panggung kecil.

Navasha dan Deo memilih konsep garden party sehingga mereka tidak harus hanya duduk di pelaminan. Mereka bisa berbaur dengan semua tamu yang hadir.

 Mereka bisa berbaur dengan semua tamu yang hadir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Akhirnya sah juga." Gifano menyikut pelan pinggang Deo yang membuat Deo dan Navasha tergelak. Deo tidak bisa membalas karena ada Nirmala digendongannya saat ini. Nirmala tidak mau lepas dari Deo sejak ayahnya lepas dari meja akad. Untung selama proses akad nikah tadi Nirmala tenang duduk di pangkuan Dania.

"Cerita cinta kalian itu udah cocok dijadiin novel. Sinetron kalau perlu. Panjang, berbelit-belit, tapi happy ending," kata Gifano.

"Kalau lo yang nulis, gue kasih izin buat dijadiin novel," balas Navasha.

"Nulis surat cinta aja gue nggak bisa, apalagi novel," decak Gifano. "Nirmala nempel mulu sama Ayah. Tumben." Gifano menoel-noel pipi tembam gadis kecil itu.

"Lala nggak mau ditinggal. Dari tadi Ayah sama Bunda berduaan terus, nggak ngajak Lala." Bibir Nirmala mengerucut kesal yang membuatnya semakin imut.

"Wah, bisa gagal malam pertama nih. Bahaya, Yo. Siaga satu," ledek Gifano. Deo sangat ingin menjitak sahabatnya yang sembarangan bicara itu tapi sudah diwakili oleh sang istri. Navasha mencubit lengan Gifano.

"Mulut lo. Nirmala masih kecil."

"Baru juga jadi istri orang, udah bar-bar lagi kelakuan lo. Gue mau cari makan dulu. Laper. Langgeng terus ya lo berdua." Gifano mengacak rambut Nirmala karena ia yakin jika ia mengacak rambut Navasha yang sudah ditata sedemikan rupa, ia bisa langsung ditendang dari pesta ini.

"Kita ke sahabat-sahabat kamu, yuk," ajak Deo. Navasha mengangguk. Tapi sebelum itu, ia membujuk Nirmala untuk turun dari gendongan ayahnya.

"Lala, turun yuk. Kasian Ayah dari tadi gendong kamu. Ayah pasti capek. Gantian Bunda yang gendong, gimana?" Permintaan Navasha langsung ditolak mentah-mentah oleh Deo. Navasha yang sudah dandan maksimal ini disuruh menggendong anak umur empat tahun yang aktif? Tidak mungkin.

FatumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang