Tiga Puluh Delapan

5.7K 216 5
                                    

Jangan lupa follow ig vandesca16

Navasha merasakan seseorang mengusap puncak kepalanya lembut, membuat gadis itu terbangun dari tidur nyenyaknya. Perlahan Navasha mengerjapkan matanya. Pandangannya yang masih kabur menangkap seorang laki-laki yang tersenyum kepadanya. Laki-laki itu seperti ....

"Astaghfirullah, Deosan! Kamu ngapain?" Navasha terlonjak kaget begitu menyadari bahwa laki-laki yang mengusap kepalanya adalah Deo. Buru-buru gadis itu memperbaiki posisinya menjadi duduk dan memberi jarak pada Deo.

"Kebo banget, sih," kekeh Deo. "Udah mau sore masih aja tidur."

"Biarin. Kan aku lagi libur," renggut Navasha. "Kamu ngapain, sih, ngagetin aku?"

"Siapa yang ngagetin kamu, coba? Aku cuma bangunin. Dari tadi aku panggil-panggil kamunya nggak bangun. Hampir aja mau aku cium kalau yang tadi nggak berhasil."

"Heh, enak aja main cium! Tuh tembok cium."

"Masih ileran tapi udah galak aja."

"Hah? Serius? Ilernya di mana?" Navasha dengan panik mengusap sekitar mulut dan pipinya. Deo sukses tergelak melihat wajah panik Navasha yang menurutnya sangat lucu.

"Kamu ngerjain aku, ya?" Navasha menatap tajam Deo begitu sadar ia dikerjai oleh laki-laki itu. Dengan semangat Navasha memukul kesal badan Deo membuat laki-laki itu merintih kesakitan.

"Aw! Aw! Sakit, Sha."

"Bodo! Kamu ngeselin," kata Navasha tidak peduli. Ia masih melancarkan pukulannya ke badan Deo yang keras. Efeknya bukan hanya Deo yang kesakitan, tapi tangan Navasha juga.

"Udah. Tangan kamu udah merah gini." Deo menangkap kedua tangan Navasha lalu membawa tangan gadis itu ke depan dadanya. Perlahan ia usap buku-buku jari Navasha yang memerah.

"Badan kamu keras banget. Nggak enak buat dipukul."

"Siapa suruh kamu buat mukul aku."

"Tapi kamu ngeselin! Aku lagi enak-enak tidur diganggu. Mana pake ngagetin," renggut Navasha tanpa sadar menjadi manja pada Deo.

"Maaf, ya." Deo tersenyum lembut lalu mengusap pelan puncak kepala Navasha. Navasha jadi salah tingkah diperlakukan seperti itu oleh mantan kekasihnya. Ia bisa merasakan pipinya memanas hanya karena elusan dan senyuman seorang Nathaniel Deosan. Laki-laki itu benar-benar tahu cara membuat Navasha ambyar.

"Ngapain kamu kesini?" ketus Navasha untuk menutupi kegugupannya.

"Mau ketemu kamu. Kangen. Seharian kemarin kita nggak ketemu."

"Gombal, gombal, gombal. Udah gaya lama, Pak. Nggak ampuh lagi," cibir Navasha.

"Mantan emang suka flashback gitu, ya," ledek Deo yang membuat Navasha mati kutu.

"Eh, si ... siapa yang flashback? Halu banget." Navasha memalingkan wajahnya dari Deo karena malu. Dalam hati gadis itu merutuki mulutnya yang suka asal ceplos.

"Lucu banget sih kalau lagi malu-malu kucing gini." Deo menarik badan Navasha tiba-tiba lalu menggemas gadis bertubuh mungil itu dipelukannya. Refleks Navasha memekik kencang karena terkejut.

"Eh, apa nih teriak-teriak?" Tiba-tiba Rafa muncul dengan masih menggunakan seragam sekolah dan menyandang tas di punggungnya.

"Kakak lo lucu banget," kata Deo dengan tetap memerangkapkan badan Navasha antara kedua lengan kekarnya.

"Fa, tolong! Kakak dijepit sama raksasa," pinta Navasha heboh. Gadis itu menggerakkan badannya ke segala arah agar bisa keluar dari kukungan lengan Deo.

FatumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang