Ekstra Part 1

8.8K 293 4
                                    

Navasha mengulum senyum melihat Deo dan Nirmala yang tidur sambil berpelukan. Hari ini hari minggu. Hari libur untuk mereka semua, termasuk Deo si gila kerja.

Navasha beringsut mendekati dua orang itu, lalu duduk di bibir kasur sebelah Deo. Dia mengelus pipi suaminya lembut, meminta laki-laki itu untuk bangun.

"Bang, bangun. Udah jam tujuh. Katanya mau buatin sarapan," bisik Navasha tepat di telinga Deo. Deo melenguh kecil tapi tetap melanjutkan tidurnya. Dia bahkan makin mengeratkan pelukannya pada Nirmala.

"Bang, ayo bangun. Sampai kapan kamu mau tidur?" Navasha tidak patah semangat dalam membangunkan suaminya. Deo memang susah sekali dibangunkan. Navasha sudah terbiasa melakukan ini setiap pagi.

"Masih ngantuk, Wife. Setengah jam lagi, ya?" pinta Deo dengan bergumam. Navasha akhirnya setuju. Sepertinya Deo sangat kelelahan.

"Baiklah." Navasha mencium pipi Deo lalu beralih ke Nirmala yang masih sangat lelap. Dia mencium sisi kepala anaknya itu.

Gagal membuat suaminya bangun, Navasha beralih mengecek boks bayi yang terletak di samping ranjang. Ya, Navasha dan Deo sudah memiliki anak di tahun pertama pernikahan mereka. Sasha dinyatakan positif hamil dua bulan setelah mereka menikah. Sembilan bulan kemudian, Sasha melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Aaron Fiennas Deosan. Aaron.

Aaron sudah membuka mata ketika Navasha mengeceknya. Aaron merupakan tipe bayi yang tenang. Bayi mungil itu jarang menangis ketika bangun tidur. Dia hanya akan menangis ketika merasa lapar.

"Morning Aaron." Navasha mengangkat Aaron ke gendongannya lalu duduk di sofa yang ada di kamar. Dia menyusui Aaron karena ia tahu laki-laki kecilnya itu pasti sudah lapar. Sejak dilahirkan, Aaron selalu minum ASI ketika bangun tidur.

Lima menit kemudian, Aaron melepaskan sumber makanannya itu dari mulutnya. Navasha tersenyum menatap bola mata Aaron yang memandangnya lekat. Bayi itu seakan menyampaikan sesuatu yang tidak dipahami oleh Navasha.

"Gemas banget sih anak Bunda." Navasha mencium gemas kedua pipi tembam bayi berusia enam bulan itu. Aaron yang terlihat senang menepuk kedua tangannya seraya bercoleteh asal.

Navasha begitu asik bercanda dengan Aaron sehingga tidak sadar ketika Nirmala bangun. Gadis kecil itu melepaskan diri dari pelukan ayahnya, lalu menatap ibu dan adiknya yang berada di sofa.

"Bunda," panggil Nirmala dengan suara serak, khas orang bangun tidur. Navasha menoleh cepat lalu melempar senyum pada Nirmala yang duduk di atas kasur.

"Morning, Kakak." Navasha mendekat ke arah Nirmala lalu duduk di samping gadis kecil itu dengan Aaron di gendongannya. Nirmala beringsut mencium pipi ibunya dan adiknya.

"Morning, adik Aaron." Nirmala mencium sekali lagi pipi adiknya lalu menatap Navasha. "Bunda kok nggak bangunin Lala? Lala jadi kalah sama adik Aaron."

"Lala pules banget tidurnya sama Ayah. Lagian sekarang minggu. Nggak papa kok kalau Lala tidur lebih lama," jelas Navasha lembut. Nirmala mengangguk lalu beralih menatap ayahnya yang masih tidur.

"Ayah, bangun. Udah pagi." Nirmala mengguncang tubuh ayahnya. Memaksa Deo untuk bangun. Deo yang merasa terganggu melenguh.

"Ayah ngantuk, La," gumam Deo. Ia membalikkan posisinya hingga memunggungi Nirmala.

"Bangun, Ayah. Semua udah bangun. Adik Aaron juga udah bangun. Ayah bangun." Nirmala tidak pantang menyerah. Ia masih menggoyangkan badan ayahnya hingga mau tak mau Deo harus bangun. Deo tidak akan bisa mendapatkan tidur lebih lama jika anak gadisnya sudah bertitah.

FatumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang