"Ta.." lirih Alvino pelan.Alvino menghampiri Aletta ditempat tidur, duduk disisi lain tempat tidur dan menarik Aletta pelan. Tetapi perlakuan Aletta selanjutnya membuat Alvino kaget.
"Pergi!! kamu bohongin aku.. hikss.. hikss.." seru Aletta terduduk dan menghempaskan kasar tangan Alvino. Membuat Alvino berdiri.
"Bohongin apa ta?? aku engga tau maksud kamu"
"Aku minta kamu pergi dari sini. Aku engga mau liat wajah kamu!"
Suara Aletta meninggi membuat Alvino tersentak dengan perubahan Aletta. Dia justru bingung.
"Aku kecewa sama kamu Al" ucap Aletta mendongak menatap Alvino seraya menghapus air matanya juga berusaha tersenyum.
"Maksud kamu apa ta? aku engga paham"
"Engga usah bohong Al" ujar Aletta menunduk.
"Kamu harus tanggung jawab sama Sesil" lanjutnya."Sesil siapa, dan kenapa harus tanggung jawab?? Sungguh aku engga paham ta. Jelasin kamu kenapa gini" tutur Alvino yang masih berdiri.
"Kemarin kamu bermain dengan Sesil kan Al? kamu tau apa yang aku maksud" suara Aletta mendingin.
"Engga ta. Siapa yang bilang gitu ke kamu" ucap Alvino dan menghampiri Aletta yang terduduk ditempat tidur.
"Kamu mau aku jujur?" tanya Aletta.
"Iya"
"Aku harus ngejauh dari kamu. Dan kamu- sama Sesil"
Aletta kembali menangis membuat Alvino kaget. Dia masih bingung atas semua penuturan Aletta.
Kenapa pikiran dangkal itu ada pada Aletta. Ditambah harus menjauh dan bertanggung jawab. Itu membuat Alvino benar-benar bingung.
'Gue harus tanya Zahra' batin Alvino.
"Nanti aku cari tau sendiri ta. Tenang aja semuanya akan baik-baik aja"
Ucapan Alvino membuat Aletta mendongak menatap kekasihnya.
"Aku pergi dulu bentar. Besok aku jemput, oh iya ada minuman dibawah. Yang niatnya mau kamu minum sama aku, keknya udah engga enak buang aja nanti. Yaudah bye ta"
Sebelum Alvino pergi, dia mengecup sekilas bibir Aletta seperti apa yang dilakukan pagi tadi sebelum semuanya terjadi. Keluar kamar, lalu menutup pintu.
"Huftt.. Sialan apa yang terjadi"
☆☆☆
Alvino sekarang berada didepan rumah Zahra. Niat bertanya tentang apa yang terjadi dengan Aletta.
Tokk.. Tokk..
Pintu rumah terbuka, dan ada Zahra disana.
"Eh, ada apa Vin?"
"Lo engga nyuruh gue masuk dulu?"
"Oh iya gue lupa"
Alvino mengangguk dan duduk disofa, diseberangnya ada Zahra.
"Gue mau tanya apa yang terjadi pas gue olimpiade" tanya Alvino tiba-tiba.
"Aletta ya?"
Alvino hanya mengangguk.
"Entah, setelah istirahat tadi. Ada anak yang ngomong ke Aletta, jika dia dipanggil guru di perpus.."
'Guru diperpus nemenin gue olimpiade, maksudnya apa' batin Alvino.
"Terus.."
"Ya, lama sih Aletta perginya. Tapi pas mau balik sekolah dia baru balik kelas. Wajahnya sembab, dan pipi kirinya merah. Gue tanya ada apa gitu. Dia langsung meluk gue sambil nangis dan bilang kalau Alvino ngecewain dia. Gitu"
KAMU SEDANG MEMBACA
davies son 'n his soul [END]
Teen Fiction𖥻ꦼꦽ➮ ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ. TAHAP REVISI ❝ Tidak keberatan bukan jika aku mengambil nyawamu saat berurusan dengan kekasihku tanpa sepengetahuanku? ❞ ─── ©. arsenicc_oo