18. Gedung tua

4.6K 202 3
                                    


Alvino dengan malas datang dan menunggu di gedung tua sesuai yang dijanjikan.

"Weekend gue ilang njir. Gara-gara sialan satu ini. Awas aja lo" gumam Alvino dan menendang sebuah batu disana.

Tak lama kemudian yang ditunggunya datang juga. Pakaian yang digunakannya lumayan terbuka. Menggunakan rok tipis diatas lutut, memperlihatkan dalaman yang tercetak jelas serta kaki jenjang dan putihnya itu.

Dia juga menggunakan baju kekurangan bahan. Seperti baju sebatas dada, dan memperlihatkan tulang selangkanya. Rambutnya dia ikat dan juga memperlihatkan leher putihnya.

"Hai Alvino. Lama ya" sapa Sesil menghampiri Alvino.

"Sadar diri lo" sarkas Alvino.

"Jangan galak-galak gitu dong. Kita ngapain disini?" tanya Sesil dan memeluk lengan kiri Alvino.

Alvino meneguk ludah kasar, karena milik Sesil menempel jelas di lengannya. Dan juga jika Alvino menatap Sesil yang lebih rendah, dia dapat melihat milik Sesil yang menampak.

"Em.. Nonton film"

"Nonton film disini?" tanya Sesil.

Mereka berdua sambil berjalan dan Sesil masih menempel dan memeluk lengan Alvino.

"Bukannya lebih seru?" tanya Alvino.

Sesil tidak menjawab, dia menatap sekeliling gedung saat mereka sudah masuk. Alvino hanya menyeringai menatap raut wajah ketakutan Sesil.

Karena gedung tua ini konon menjadi tempat pembunuhan berantai. Darah kering menempel didinding setiap tembok. Juga masih tercium bau anyir darah disana.

"Duduk disini. Gue mau pasang film"

Ucap Alvino dan menyuruh Sesil duduk disatu bangku kayu disana. Didepannya ada layar untuk menonton film. Alvino berjalan kebelakang layar, dia mengambil sebuah benda dan disembunyikan dibalik badannya.

"Udah?" tanya Sesil saat Alvino berjalan menuju nya.

Alvino hanya mengangguk, lalu duduk disamping Sesil. Sesil kembali memeluk lengan Alvino.

Film itu mulai berputar, awalnya hanya biasa-biasa saja. Latar film itu menunjukkan seperti gedung tua yang tidak berpenghuni. Kemudian ada beberapa kumpulan anak yang memasuki gedung itu.

Satu wanita keluar dari dalam gedung, dibelakangnya ada seekor mutan kurang lebih ada 3 ekor. Wanita itu tertawa dan seketika pintu gedung semua tertutup. Wanita itu mulai memanah salah satu anak dengan panahnya.

Anak itu langsung ambruk dan darah berceceran dari jantungnya. Anak yang lain ketakutan dan mereka mencoba lari. Wanita itu memerintahkan peliharaan mutan untuk menyerang sisa anak-anak yang masih hidup.

Mutan itu mulai mengoyak tubuh itu dan menghancurkannya. Mutan lain juga seperti itu, bedanya mutan mulai menusukkan kuku jari yang tajam itu kebagian tubuh.

Lain hal dengan Sesil, dia menonton film yang diputarkan oleh Alvino mendelik ketakutan. Kakinya bergetar, dia sedikit meremas kemeja yang dipakai Alvino.

Suara yang dikeluarkan dari film itu lumayan nyaring didalam gedung. Sesil mengumpat dan tidak heran dia sampai memeluk Alvino.

"Lo takut?" tanya Alvino dan menegakkan tubuh Sesil.

"Takut bego. Ngapain nonton ginian"

"Haha. Santai aja. Lo perhatiin engga latar tempat yang di film itu. Gue pernah lihat tuh, lo tau engga?" tanya Alvino dengan sedikit tawanya.

"Hah?"

Sesil kebingungan, dan dia menatap layar film itu. Tepat saat adegan film menampakkan latar tempat. Sontak Sesil mengedarkan pandangannya, dia kaget.

davies son 'n his soul [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang