31. Exam

3.8K 160 4
                                    


Setelah hari kematian Vernon, Dimas membawanya ke RS untuk di otopsi. Dan hasilnya pun Vernon dinyatakan meninggal.

Hati Dimas benar-benar teriris, ditinggal sahabat kecilnya yang sudah menampung segala keluh kesahnya.

"Gue engga tau harus apa setelah ini. Yang setiap harinya lo selalu ada buat gue dan sekarang lo pergi. Emang cuma lo, sahabat gue" gumam Dimas yang berdiri tegap disamping ranjang Vernon yang sudah tertutup kain putih.

Cklek

Dimas seakan tuli akan suara pintu kamar mayat itu dibuka. Menampilkan Alvino yang menggandeng Aletta.

"Ayo ta"

Aletta mengangguk kecil, mengikuti arah jalan Alvino yang sepertinya berjalan menuju Dimas.

"Dim"

Dimas tau jika itu suara Aletta. Dia menulikan pendengaran lagi, karena dia tau ada Alvino pastinya. Dia bukannya marah atau dendam, dia hanya kesal.

"Gue akan kirim Vernon ke London buat dipulangkan disana. Dia pernah omong sama gue, dia mau balik sama keluarganya kan. Dia mau satu pemakaman sama keluarganya" tutur Alvino yang berdiri diseberang Dimas dan Aletta.

"Gue ikut" ujar Dimas yang mendongak.

Alvino mengangguk, beralih menatap sekujur tubuh Vernon yang tertutup kain putih.

"Kapan mau ke London buat urus kak Varo, Al?" tanya Aletta memecahkan keheningan.

"Hah? Lo mau kesana?" tanya Dimas menatap Alvino.

"Iya"

"Kenapa engga sekalian bareng nganter Vernon?" tanya Dimas.

"Senin besok ujian. Niat gue mau urus semua setelah ujian. Lo engga ikut ujian apa?"

"Gue baru inget" gumam Dimas.

"Aku juga baru inget" timpal Aletta.

"Makanya. Gue urus penerbangan berangkat pulang lo, Dim. Lo tetep mau nganterin Vernon?" tanya Alvino sekali lagi.

"Iya, gue bakal anterin dia sama kerumahnya"

Dan Alvino pun kembali mengangguk menyetujui ucapan Dimas.

☆☆☆

Masih di RS, jam menunjukkan pukul 7 malam. Alvino juga mengajak Dimas untuk makan direstoran RS jam 6 tadi.

Dan mereka bertiga sekarang duduk dikursi taman RS. Menatap lampu kerlap-kerlip yang sengaja dipasang. Juga ada beberapa anak kecil yang bercanda tawa dengan kerabat keluarga.

"Aku ke kamar mandi dulu ya"

Alvino mengiyakan ucapan Aletta, dan dia pun pergi meninggalkannya dengan Dimas.

"Gue boleh tanya sama lo?" tanya Alvino yang bertanya tanpa mengalihkan pandangan.

"Silahkan"

"Huft, setelah kejadian pagi tadi. Apa perasaan lo?" tanya Alvino.

"Kecewa sahabat gue pergi gara-gara masalah lo" balas Dimas.

"Dia juga ingin sama-sama lagi kan sama keluarganya."

Dimas pun mengangguk lirih, karena ucapan Alvino itu benar adanya.

"Penerbangan lo nanti jam 9 malem. Lo keberatan?" tanya Alvino setelah membaca notif pesan dari resepsionis pribadinya.

"Engga. Kalo gitu mending gue balik"

"Oke, lo langsung aja masuk aja. Kalo ditanya atas nama gue. Udah ada pesawat pribadi gue juga dibandara itu" ucap Alvino menatap Dimas.

davies son 'n his soul [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang