♠♣Pada akhirnya pun semua akan baik-baik saja. Kembali berkumpul dengan teman lama atau keluarga baru mereka.
Seperti sekarang, Alvino dan Aletta berkumpul dengan teman-temannya walaupun mereka semua sudah berkeluarga.
Para anak-anak mereka pun sama. Mereka duduk di beda bangku dari bangku para orangtuanya.
Steven Emilio Al Davies, putra tunggal dari Alvino dan Aletta. Mereka hanya memutuskan untuk mempunyai 1 anak saja.
Walaupun dia berusaha berubah untuk segala hal, tidak luput dari kepribadiannya seperti cuek dalam berbicara.
Giovanni Johnson, putra tunggal dari David dan Jessie. Tetapi mereka sedang mengandung adik dari Gio, masih 3 bulan.
Dia sama seperti kedua orangtuanya, cerewet sekali saat berbicara. Banyak cewek yang ingin dengannya karena dirinya humoris dan menyenangkan.
Ferdinand Jasper Williams, putra tunggal juga dari Renald dan Zahra. Mereka juga sama, memutuskan untuk mempunyai 1 anak.
Dia cenderung seperti Renald, cuek dan irit berbicara. Tetapi suka memancing emosi orang lain.
Marchelo Xavier Lueders, putra tunggal yang sangat disayang oleh Alex dan Chelsy. Marchel tidak ingin mempunyai adik.
Anak laki-laki ini suka mengomel dan protes. Ya, seperti Alex saat remaja.
Baiklah, mereka berempat kini duduk dibangku yang tidak jauh dari bangku para orangtuanya.
"Sekali lagi" ucap Ferdinand.
Mereka bermain kartu, sejak 1 jam yang lalu. Marchel berdecak, karena dia sering kalah tetapi Ferdinand malah meminta main lagi.
"As" ucap Steven melempar kartu ke tengah-tengah.
"Kalah lagi gue, aish" ucap Gio.
"Sekali lagi" ujar Ferdinand.
"Eh, apaan sih lo. Mana ada, udah deh" gerutu Marchel.
"Yang lain. Balok susun aja, biar gue ambil dimobil"
Oke, akhirnya mereka mengiyakan penuturan Gio. Dia keluar restoran untuk menuju mobil papanya, membuka bagasi dan mengambil balok susun.
Ditata menjulang diatas meja secara rapih. Mereka berempat mulai menentukan urutan pemain.
"Gue ganti"
Mereka menatap hati-hati Marcel yang ingin mengambil sebuah balok, dan sialnya itu berada ditengah. Sangat berbahaya untuk pemain selanjutnya. Karena balok susun itu sudah tidak berbentuk lagi, lubang dibawah susunan.
"Oke, ganti lo Fer" ucap Gio setelah menaruh baloknya diatas.
Ferdinand dengan santai mengambil paling bawah tanpa rasa hati-hati apapun. Meletakkan asal diatas, dan tidak terjatuh dan bergoyang sekalipun.
"Oh no, gue ambil mana setan" dumel Marchel.
"Itu yang bawah ada" tunjuk Steven.
Marchel memicing, bahkan balok bagian bawah saja sudah berlubang ruangnya dan mulai mengikis.
Persetan dia akan mengambrukkan balok susun itu, mengambil salah satu random membuat mereka menghembuskan nafas kasar.
Brukk
Suara ambruk semua balok susun, Marchel bersandar kekursi belakang. Permainannya telah usai.
"Cuma hanya itu yang mungkin bisa diambil, nyatanya juga bakal ambruk" ucap Marchel.
KAMU SEDANG MEMBACA
davies son 'n his soul [END]
Teen Fiction𖥻ꦼꦽ➮ ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ. TAHAP REVISI ❝ Tidak keberatan bukan jika aku mengambil nyawamu saat berurusan dengan kekasihku tanpa sepengetahuanku? ❞ ─── ©. arsenicc_oo