21. Hampir

3.8K 191 1
                                    


Kevin, Cindy dan Dona menemui Dimas. Sepertinya hanya dia yang tau, karena Dimas pernah mengatakan kalau dia tau sesuatu tentang Alvino pikir mereka bertiga. Mereka tidak terlalu percaya dengan ucapan Alvino dan para temannya.

Tokk.. Tokk..

"Apa dia benar dirumah?" tanya Dona ke Kevin.

"Gue baru aja kontakan sama dia. Katanya dirumah gitu"

"Ketuk lagi" suruh Cindy.

Dona mengangguk dan kembali mengetuk, sampai pintu itu terbuka menampilkan Dimas dengan ekspresi kaget.

"K-kalian? Gue kira cuma Kevin" ujar Dimas sambil menunjuk mereka.

"Kita mau tanya sama lo"

"Jangan gegabah lah, Cin. Masuk aja dulu" ucap Kevin.

"Yaudah ayo masuk"

Mereka memasuki rumah Dimas dan duduk diruang tamu. Saat Dimas ingin mengambil minum, mereka bilang 'tidak usah' dan Dimas mengangguki saja.

"Ada apa kalian kesini?" tanya Dimas.

"Lo pasti tau sesuatu tentang Alvino kan?" tanya Cindy tiba-tiba.

"Kenapa lo tanya gue. Tanya orang nya atau temannya lah" jawab Dimas.

"Gue lihat lo tadi dilapangan sama Alvino. Kalian bicara apa"

"Apa lo perlu tau tentang itu?"

"Kami nanya aja, Dim. Kita yakin kok lo tau tentang Alvino, beritahu kami sedikit aja. Kita mau cari Sesil. Orangtuanya nyariin, semua nyariin" ujar Kevin.

"Alvino dia mem-"

Ddrrtt..

"Aw.."

Dimas mendesis kala setruman ditangan kirinya terasa. Tangannya melemas, kaki yang diluruskan dan kepala bersandar ke sofa belakang. Dimas merasakan tubuhnya lemas dan ototnya tidak bisa bekerja.

'Sialan' batin Dimas.

Mereka yang menatap itu melempar pandangan.

"Lo. Kenapa?" tanya Dona.

"Alvino punya apa?" tanya Cindy.

"Dim. Lo engga apa-apa kan?" tanya Kevin.

Dimas hanya menggeleng. Untuk mengangkat kepala saja rasanya berat.

"Alvino punya temen, kalian bisa tanya dengannya. Engga cuma gue" ujar Dimas.

"T-tapi mereka-"

"Keluarlah. Penyakit gue kumat" sela Dimas.

"Oke. Ayo balik." ajak Dona.

Dimas mengangguk pelan. Menatap ketiga orang itu dengan ekor matanya. Memastikan mereka benar-benar keluar.

"Gue keceplosan sial" gumam Dimas.

☆☆☆

Alvino melempar asal remote listriknya dan berjalan kebawah. Mengunci kamar adalah kebiasaannya. Didapur dia mendapati Alvira yang memasak mungkin.

"Lo masak?" tanya Alvino yang menghampiri kulkas.

"Engga. Gue cuma angetin ini doang. Mau?" tawa Alvira.

"Engga ah."

"Eh bang"

Alvino yang diambang pintu keluar dapur pun menghentikan langkah dan berbalik.

"Apa?"

"Mereka tadi temen-temen lo?"

"Iya. Kenapa?"

davies son 'n his soul [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang