“Seperti apa rupa ketiadaan itu?,” itulah yang ditanyakan oleh Murray Frederciks. Dan seperti itu jugalah yang sedang aku bayangkan selama ini. Dan mungkin seperti yang dikatakan oleh Murray ketika menyaksikan Greenland, “saya tertarik pada kekosongan yang putih mulus di tempat itu-pemandangan tanpa bentuk”. Dan juga, seharusnya, tanpa kehidupan. Karena Greenland masih menyisakan sisa-sisa kehidupan baik di atas dan di bawah permukaannya.
Mari kita bayangkan, akan seperti apa jika seandainya bumi tak memiliki lagi kehidupan? Mungkin kita cukup membayangkan dua planet yang mengapit rumah kita selama ini: Venus dan Mars. Mungkin seperti itulah dunia tanpa kehidupan itu. Tanah tanpa apa-apa kecuali bebatuan, badai, panas yang mendidihkan segala sesuatu, dan suara-suara yang lenyap. Serba sama. Tak begitu banyak ragam. Kosong oleh segala macam yang hari ini kita permasalahkan. Tempat yang tak akan pernah bisa diperdebatkan oleh siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU, NIHILIS
Non-Fictionapa jadinya, jika hampir semua orang lebih memilih menghindari menyelesaikan persoalan utama kehidupan dan lebih memilih hidup tenang dan kepura-puraan yang disepakati? lalu, kapan akan ada akhir? kapan ulangan akan berhenti?