18. Beda

1.2K 91 1
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi. Seperti biasa Laura dan temannya akan keluar belakangan. Mereka lebih memilih ghibah terlebih dahulu. Tentu ini nikmat, apalagi ada tiga ac yang kini menemaninya.

"Gue gak habis pikir sama kak Rayhan kenapa dia kaya gitu" komen Calissta setelah mendengar cerita dari Laura karena kejadian semalem.

"Apa kak Rayhan manfaatin lo ya Ra? Secara, emang gak pernah ada kelas sebelas yang berani ke koridor kelas duabelas. Dan lo gak tau itu. Apa mungkin kak Rayhan nyuruh lo bawain bekel ke kelas kak Rayhan karena dia pengen lo ketemu sama Anatasya itu?" ujar Bianca

"Maksud lo, dia mau gue punya masalah sama Anatasya itu?"

"Gue gatau sih apa tujuan dia kaya gitu, tapi lo pikir aja Ra, dia jemput lo dan lo ngasih bekelnya tapi dia nolak, gak masuk akal banget kan? Apalagi kak Rayhan nyuruh nya cuma sehari." lanjut Bianca

Agatha memetikan tangannya, "Ah iya bener. Ucapan Bianca masuk akal banget. Asli"

"Iya bener. Gue juga setuju" balas Calissta.

Laura kesal sama Rayhan, bisa bisa nya dia manfaatin Laura.

"Emang tuh cowok kalo di diemin malah kurang ajar.   Kesel banget gue. Nyesel nerima game itu kalo kaya gini" omel Laura.

"Waktu lo tinggal 8 hari lagi Ra, gimana kalo lo luluh sama dia?" tanya Calissta yang penasaran.

"Gamungkin Call. Gue gabakal luluh" balasnya dengan mantap.

Gimana bisa dia suka sama Rayhan? padahal dihatinya saja dia masih bingung sudah kosong atau tetap terisi orang yang sama.

"Kenapa lo se yakin itu?"

Laura sedikit tertegun. Dia bingung apa yang harus dia balas, dia sedikit berpikir cepat.

"A-a ya kar-karna gue— emang yakin sama diri gue sendiri"

Teman temannya membentuk O dimulutnya.

"Kalo misalkan lo luluh, lo bakal jujur sama dia atau bohong?"

"Ya gue jujur lah, dia juga pasti tau kalo misalnya gue udah mulai suka sama dia. Gue gabakal bisa bohong dan gaakan mau bohong. Karena itu sama aja pengkhianatan buat diri gue sendiri" balas Laura dengan yakin.

Akhirnya mereka memilih keluar kelas, terlihat Rayhan yang tengah duduk di bangku panjang yang tersedia di depan kelas Laura.

Rayhan berdiri saat melihat kedatangan Laura. Rayhan telah mendengar semuanya, sepertinya dia harus jujur sama Laura.

Rayhan menyuruh teman Laura duluan dengan sebuah tatapan. Mereka pun mengerti, akhirnya mereka pergi meninggalkan Rayhan dan Laura.

Ah rasanya Laura malas melihat muka orang yang sudah menjerumuskan dia ke sebuah masalah.

Laura pergi, namun dihalang.

"Ra, maafin gue" ucap Rayhan to the point.

"Jadi bener lo ngejebak gue?" Rayhan mengangguk malu.

"Keterlaluan lo" Laura mendorong Rayhan dan ingin pergi namun dihalang lagi oleh Rayhan karena Rayhan memegang tangannya. Laura pun melepas paksa.

"Ra dengerin gue dulu. Gue ngelakuin ini karena—

"Karena apa? Lo mikir gak sih, lo udah buat banyak masalah di hidup gue. Mau berapa banyak lagi sih sampe lo bener bener puas dan ninggalin gue?" Laura menatap lekat mata Rayhan.

Rayhan diam dan mencerna perkataan Laura.

"Lo gak mikir kalo seandainya gue tipikal orang yang takut sama dia dan gue bakal dibully sama dia. Itu sama aja lo menjerumuskan gue ke masalah besar kan?"

LAURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang