Update, karena ada yang komen..
—
Setelah acara prom night selesai, semua orang pulang ke rumahnya masing masing. Saat Laura sedang menunggu sopirnya tiba, Rayhan menariknya dengan tiba tiba."Aku antar pulang, gak nerima penolakan" ucapnya dan langsung mendorong Laura ke mobil sportnya.
Laura hanya bisa pasrah mengikuti. Seharusnya, mulai detik ini ia harus mulai terbiasa tanpa Rayhan. Tapi, sepertinya Rayhan masih membutuhkan waktunya.
Laura memakai seatbelt nya dan detik itu juga Rayhan mulai mengendarai mobilnya. Keheningan menyelimuti mereka. Laura bahkan canggung untuk bergerak. Tubuhnya sudah pegal karena tetap berdiam seperti ini. Ia terus menerus menelan saliva nya karena situasi yang canggung ini.
Untungnya, ponselnya berdering membuat suasana tidak secanggung tadi. Rayhan melirik sekilas untuk mengetahui telepon dari siapa. Laura mulai membukanya dan ternyata dari bunda. Sesegera mungkin ia mengangkatnya.
"Halo bun" Rayhan langsung tenang karena yang menelponnya adalah bundanya.
"Kamu dimana? udah jam 2 pagi ini"
"Ini aku jalan pulang"
"Sama siapa?"
Laura melirik sekilas, "Sama Rayhan"
"Oh, yaudah. Soalnya tadi sopirmu ngabarin bunda katanya kamu udah gak ada ditempat jadi bunda khawatir"
"Iya bun maaf lupa ngabarin"
"Yaudah cepat balik ya"
"Iya bun" setelah itu sambungan pun terputus.
Laura langsung menaruh ponselnya di sling bag nya. Keheningan pun terjadi lagi hingga akhirnya Laura bersyukur karena mereka telah sampai didepan rumah Laura. Otomatis, Laura akan melewatkan suasana canggung ini.
Saat Laura sudah membuka seatbelt, Laura menatap Rayhan dengan ragu, "Makasih ya" balasnya pelan.
Rayhan tak membalas dan masih menatap Laura. Karena tidak mau berlama lama dengan suasana ini, Laura langsung membalik berniat untuk membuka pintunya. Tapi, Rayhan menahannya.
Laura menelan saliva nya dan membalik dengan ragu sembari menunggu ucapan Rayhan.
"Aku akan nunggu kamu" ucap Rayhan dengan suara seraknya. Laura pikir, ia sedang menahan tangisannya.
Laura jadi semakin berdosa karena itu. Dengan ragu ia mulai menggenggam kedua tangan Rayhan dan menatap Rayhan.
"Ray, kalo suatu saat nanti kamu berniat berhenti nunggu aku, silahkan aja Ray. Jangan memaksakan diri kamu buat nunggu aku. Nikmati, dan jalani aja."
"Maafin aku juga, karena udah buat kamu seperti ini. Kalo aku bisa, aku akan nolak keras keputusanku juga. Tapi, aku takut" ucap Laura yang suaranya sudah serak dan semakin lama berbicara suaranya semakin memelan.
Rayhan dengan tiba tiba menarik Laura ke dalam pelukan. Detik itu juga, ia merasakan tubuh Rayhan bergetar. Ya, dia menangis. Tanpa ia sadari, Laura juga ikut menangis. Ia merasa tak tega karena orang sebaik Rayhan, merasakan hal ini.
Ingin bersama, namun tak bisa. Kenapa?
Seumur hidup, Rayhan tak pernah merasakan hal yang sesakit ini. Ia jadi mengerti artinya sebuah cinta yang tulus karena Laura.
Bagaimanapun juga, merelakan adalah bagian dari cinta.
Mereka menangis dalam pelukan, menyalurkan kesedihan mereka. Setelah mereka cukup tenang, mereka melepas pelukannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/170097711-288-k420.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LAURA
Teen Fiction"Kenapa lo ga suka sama gue?" tanya Rayhan dengan pede nya. Laura menyergit, "Kenapa gue harus suka sama lo?" tanya balik Laura dengan mengangkat satu alisnya. - Seorang gadis dengan kenangan tragis bersama mantan nya telah dihantui oleh seorang pr...